Assalaamu'Alaikum Wr. Wb.

Selamat datang Di MTs. Negeri Slawi Kabupaten Tegal, Menyiapkan generasi muda beriman, berilmu, beramal dan berakhlak.

Ustadz Pilihan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan mumpuni, siap meluangkan waktu untuk membantu siswa-siswinya.

Praktek Mengurus Jenazah

Siswa-siswi dilatih untuk mengurus jenazah, dari memandikan, mengkafani, menyolati dan mengubur jenajah.

Latihan Manasik Haji

Pemahaman keagamaan dilakukan melalui teori dan kegiatan praktikum.

Kegiatan Ekstrakurikuler

Berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler dan keagamaan, untuk menjaga ketahanan phisik dan mental siswa.

Drum Band MTsN Slawi

Drum Band MTs. Negeri Slawi selalu berkiprah dalam setiap perayaan HUT Kemerdekaan RI dan even-even lain.

Pramuka MTsN Slawi

Pramuka MTs. Negeri Slawi membekali para siswa keterampilan sosial dan jiwa patriotisme.

Prestasi Siswa

Memberi kesempatan siswa untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan keterampilan yang dimiliki.

Bording School

Program baru, Bording School akan dibuka pada Tahun Pelajaran 2016/2017.

30/05/10

Teacher Performance Assessment Instruments (1)


Perilaku Guru dirancang untuk menentukan seberapa baik para Guru dapat melaksanakan keterampilan mengajar minimum tertentu yang dipandang secara umum penting bagi pembelajaran efektif.


Untuk mengukur efektifitas kemampuan perilaku Guru tersebut disusunlah instrumen uji kompetensi yang disebut dengan Teacher Performance Assessment Instruments atau TPAI. Sebagai sebuah pengukuran langsung bagi Guru yang sedang mengajar, TPAI ini berangkat lebih dari sekedar tes tertulis (paper and pen test), dimana dari situ kesimpulan dapat dibuat tentang bagaimana kualitas mengajarnya melalui pengetahuan Guru tentang konsep pendidikan pada umumnya. Sementara instrumen lainnya digunakan untuk mengukur apa yang diketahui oleh Guru tentang mata pelajaran, siswa, dan bagaimana perkuliahan tersebut dilaksanakan. Di sini TPAI menjadi sarana yang tepat untuk mengukur kemampuan Guru yang sedang mengajar.
TPAI ini dirancang untuk pemberian sertifikasi mengajar guru dan dapat digunakan melalui berbagai cara, baik secara in-service educational development maupun pre-service teacher educational program. Sebenarnya apa isi instrumen TPAI tersebut? Secara singkat akan dijelaskan berikut ini.
Instrumen TPAI meliputi lima komponen, yaitu: pertama, rencana mengajar dan materi pelajaran guru (Teacher Plans and Materials atau TPM). Fokusnya adalah keterampilan mengajar yang berkaitan dengan persiapan mengajar. Guru yang diuji kompetensinya diminta untuk menyiapkan portofolio untuk satuan pembelajaran. Setelah mempelajari portofolio tersebut dan mewancarainya, para pengumpul data menilai seluruh item komponen yang terkait dengan perencanaan, pemilihan tujuan, dan penentuan bahan dan alat yang dipakai dalam pembelajaran.
Kedua, langkah-Iangkah yang dilakukan oleh Guru di ruang kelas (The Classroom Procedures atau CP). Fokusnya adalah praktik pengajaran langsung di ruang kelas. Para pengumpul data menggunakan instrumen ini untuk mengidentifikasi praktik mengajar guru dalam setting ruang kelas yang sedang berjalan. Karenanya, pengamatan secara langsung di ruang kelas ketika Guru sedang mengajar menjadi sumber penilaian yang utama. Uji kompetensinya menyangkut metode dan teknik mengajar.
Ketiga, kemampuan kepribadian (The Interpersonal Skills atau IS) yang menyatakan kompetensi dalam menciptakan iklim sosial yang menyenangkan, berupa sikap hangat dan bersahabat dalam mengelola interaksi di ruang kelas. Skor uji kompetensi ini juga didasarkan pada pengamatan langsung pada perilaku Guru selama proses pembelajaran di ruang kelas sedang berjalan.
Keempat, standar profesional (The Professional Standards atau PS). Uji kompetensi ini tidak membutuhkan portofolio maupun observasi langsung, sebab tes ini menguji perilaku profesional Guru menyangkut kebijakan dan prosedur sekolah, serta keterlibatannya dalam berbagai kegiatan. Uji kompetensi ini dilakukan melalui interview dengan Guru tersebut, kolega, serta atasannya sebagai sumber utama penelilaian.
Kelima, persepsi siswa (The Student Perceptions atau SP). Uji kompetensi ini menilai persepsi siswa terhadap perilaku mengajar gurunya di ruang kelas. Alat penilaiannya meliputi berbagai item yang ada dalam CP dan IS yang disusun sedemikian rupa mudah dipahami oleh siswa. Misalnya saja, siswa ditanya apakah mereka berpendapat bahwa gurunya bersahabat, memahami mereka, atau memotivasi perbuatan siswa. Jawaban siswa bisa berjenjang dari "tidak pernah", "kadang-kadang", sampai pada "sering".
Sedangkan komponen kelima, yaitu Studens Perceptions (SP) instrumen dan indikatomya merupakan perpaduan antara Classroom Procedures (CP) dengan Interpersonal Skills (IS) di atas. Hal itu dilakukan untuk tujuan validasi dan trianggulasi dari hasil penilaian guru tersebut. Seluruh komponen, intrumen dan indikator guru di atas bisa dijadikan sebagai salah satu model pemberian sertifikasi.
Beranjak dari seluruh uraian di atas, dapat dipahami bahwa dalam rangka mewujudkan profesionalisme guru diperlukan serangkaian upaya dan proses peningkatan kualitas akademik, pengembangan kompetensi, pemberian pengakuan dalam bentuk sertifikasi, pemberian insentif yang layak, kesiapan SDM, dukungan politik, hukum, sosial, budaya, serta faktor terkait lainnya.

28/05/10

Rahasia di Balik Gerakan Sholat

Hasil penelitian tentang sholat menyebutkan bahwa: sholat ternyata dapat meningkatkan kecerdasan, mudah dalam proses persalinan, menghindari nyeri sendi, mencegah gangguan prostat, melancarkan pencernaan, menjaga kesehatan organ reproduksi dan menjaga kekencangan kulit?

Tulisan ini akan diugkap rahasia di balik gerakan sholat, sehat dengan sholat ..!!. Tulisan ini kami share dari sahabat kami di Facebook, Asti Indriyani, salah satu mahasiswa fakultas kedokteran, Universitas Islam Indonesia, semoga bermanfaat untuk kita semua dan dapat menjadi salah satu motivasi serta pengikat hati kita untuk cinta dan rindu akan shalat dengan segala rahasia di baliknya. Dan tentunya dengan didukung oleh ketulusan dan keikhlsan karena-Nya.

Apapun bidang dan profesi Anda, tentu sehat jasmani dan rohani adalah sebuah keniscayaan untuk mendukung dan memperoleh kebahagiaan, betul bukan? …, dari seorang karyawan, ahli komputer, sastrawan, ahli hikmah, pengusaha dunia maya, hingga pimpinan negara … semua ingin sehat. Shalat adalah jalan untuk memulainya. Shalat adalah amalan ibadah yang paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat melekat dengan gestur (gerakan khas tubuh) seorang muslim. Namun, pernahkah terpikirkan manfaat masing-masing gerakan? Sudut pandang ilmiah menjadikan salat gudang obat bagi berbagai jenis penyakit! Saat seorang hamba telah cukup syarat untuk mendirikan salat, sejak itulah ia mulai menelisik makna dan manfaatnya. Sebab salat diturunkan untuk menyempurnakan fasilitasNya bagi kehidupan manusia. Setelah sekian tahun menjalankan salat, sampai di mana pemahaman kita mengenainya?, berikut dibahas beberapa manfaat gerakan shalat dimulai dari takbiratul ihram hingga salam, selamat membaca.

TAKBIRATUL IHRAM
Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah.
Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke s! eluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.

RUKUK
Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak
akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.
Manfaat: Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulangbelakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.

I’TIDAL
Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggi telinga.
Manfaat: Itidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.

SUJUD
Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai.
Manfaat: Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa
mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.

DUDUK
Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.
Manfaat: Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturan
dan kekuatan organ-organ gerak kita.

SALAM
Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.
Manfaat: Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah. BERIBADAH secara, kontinyu bukan saja menyuburkan iman, tetapi mempercantik diri wanita luar dan dalam.

PACU KECERDASAN
Gerakan sujud dalam salat tergolong unik. Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof . Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa? Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan. Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard Universitry , AS. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan masuk Islam setelah diam-diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud.

PERINDAH POSTUR
Gerakan-gerakan dalam salat mirip yoga atau peregangan (stretching) . Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan salat dibandingkan gerakan lainnya adalah salat menggerakan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan. Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.

MUDAHKAN PERSALINAN
Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati kaum hawa. Saat pinggul dan pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut (rectus abdominis dan obliquus abdominis externuus) berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila, otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia justru lebih elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).

PERBAIKI KESUBURAN
Setelah sujud adalah gerakan duduk. Dalam salat ada dua macam sikap duduk, yaitu duduk iftirosy (tahiyyat awal) dan duduk tawarruk (tahiyyat akhir). Yang terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, inilah daerah paling terlindung karena terdapat tiga lubang, yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih.
Saat duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi! ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.
http://nambas.wordpress.com/2009/11/13/rahasia-di-balik-gerakan-sholat/

13/05/10

Lesson Study, Upaya Pengembangan Profesi Guru

Jika menginginkan siswa anda cerdas dan kreatif, Jangan paksa mereka untuk giat belajar. Jangan pula paksakan untuk rajin membaca. Tetapi, andalah yang harus giat belajar. Andalah yang harus banyak membaca. Itulah yang disampaikan Muchlas Yusak, dalam acara seminar dan loka karya “Mencari Solusi Peningkatan Mutu Pendidikan Berkelanjutan” yang diselenggarakan penerbit Tiga Serangkai di Hotel Plaza Tegal, Sabtu: 22 Maret 2008.

Giat belajar dan rajin membaca memang senjata ampuh yang dilontarkan guru kepada siswa-siswi yang bermasalah dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang tidak dapat mengerjakan soal atau siswa yang tidak bisa menjawab ketika ditanya, sering kali divonis tidak belajar atau kurang banyak membaca. Mereka sering dipersalahkan, meskipun dengan perlakuan yang berbeda. Sementara teknik, metode dan pendekatan pembelajaran yang digunakan, sering luput dari pengamatan.

Meskipun upaya peningkatan mutu telah banyak dilakukan; bermacam-macam teknik, metode dan pendeketan pembelajaran telah banyak ditawarkan. Semua itu tetap belum mampu mendongkrak mutu pendidikan negara kita. Mengapa demikian? Untuk menjawab pertanyaan ini, Stigler dan Hiebert (1999: 115-150, dalam Muchlas Yusak) mengusulkan Lesson Study sebagai suatu bentuk pengembangan profesi guru yang dapat membantu dalam memperbaiki/meningkatkan mutu praktek pembelajaran di kelas (classroom practices).

Mangapa Lesson Study?
Lesson study adalah suatu bentuk pengembangan profesi (professional develompent) guru dalam upaya memperbaiki praktek pembelajaran di kelas. Lesson study dirancang agar dunia pendidikan dapat memberi arah yang jelas bagi upaya-upaya peningkatan mutu pembelajaran.

Peningkatan mutu pendidikan yang tak kunjung tiba menurut Stigler dan Hiebert, terjadi karena kurangnya guru kita mengerti akan hakikat pembelajaran. Menurut hasil kajian video TIMSS (dalam Muchlas): mengajar merupakan kegiatan budaya, yang akuisisinya terjadi melalui proses pengamatan dan partisipasi dalam budaya tempat kita berada dan terjadi dalam rentang waktu yang lama.

Bukti bahwa mengajar merupakan kegiatan budaya diantaranya: bahwa anak-anak yang belum bersekolah pun bisa bermain sekolah-sekolahan. Dan pada saat anak mulai sekolah, sejak hari pertama di sekolah mereka bisa mengamati pembelajaran yang dilakukan gurunya dan terlibat dalam kehidupan kelas. Hal ini secara tidak langsung membentuk ‘mental picture’ yang dengan berjalannya waktu akan semakin kuat berakar dalam kehidupan anak yang diantaranya akan menjadi guru seperti kita. Proses inilah yang terjadi pada diri kita selama menuntut ilmu di bangku sekolah sampai ke perguruan tinggi. Tentu saja ‘mental picture’ mengenai mengajar itulah yang mendarah-daging dan membudaya pada diri kita yang akhirnya secara subconscious (bawah sadar) beroprasi dalam kegiatan mengajar kita.

Mental picture yang telah mendarah-daging ini sulit untuk diubah, karena kegiatan-kegiatan budaya bersifat stabil terhadap perjalanan waktu. Jika kita ingin memperbaiki pembelajaran, maka aspek sistem dan aspek budaya yang ada harus kita kenali dan digarap lebih dahulu. Jadi bukan siswanya yang selalu ditekan untuk giat belajar atau rajin membaca, tetapi gurunyalah yang harus banyak belajar: bagaimana cara mengajar yang efektif dan efisien, bagaimana mengelola kelas dengan baik, bagaimana menangani anak bermasalah dengan cerdas dan bagaimana cara mengevaluasi hasil belajar yang obyektif. Semua itu yang harus kita pelajari dan kita kuasai. Kemudian, ciptakan ‘mental picture’ yang baik pada diri siswa-siswi bahwa kita pun masih harus giat belajar dan masih harus rajin membaca buku, memiliki kreativitas, berlaku santun dan hormat kepada sesama, mau bertanya dan menjawab pertanyaan, rajin dan tekun beribadah, berlaku jujur, terbuka, adil dan lain sebagainya. Semua itu akan memberikan contoh baik bagi siswa-siswi, sehingga secara bawah sadar siswa-siswi akan mengikuti pola kita.

Implementasi Lesson Study
Lesson study adalah bentuk pengembangan profesi guru secara kolektif dan memberi fokus secara total pada peningkatan pembelajaran di kelas yang bermuara pada kegiatan inti berupa research lesson. Research lesson adalah kegiatan pembelajaran yang disiapkan bersama oleh guru mata pelajaran di suatu sekolah (beberapa sekolah) secara cermat dan detail lewat pertemuan mingguan atau bulanan dan dilaksanakan oleh salah satu anggota lesson study di kelasnya sendiri. Sementara anggota team lesson study yang lain bertugas sebagai pengamat proses belajar siswa selama pembelajaran.

Bukan cara mengajar guru yang diamati, tetapi bagaimana cara siswa belajar, bagaimana minat dan motivasi belajar siswa, bagaimana proses berpikir siswa, antausiasme siswa dalam belajar, perilaku sosial siswa dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam kegiatan belajar dan lain sebagainya yang harus diamati dan digali secara bersama untuk dapat diperbaiki.

Selanjutnya, agar lesson study dapat terlaksana dengan baik dan memberikan manfaat dalam perbaikan praktek pembelajaran di kelas, beberapa hal harus dilakukan: Pertama, membentuk kelompok lesson study yang anggotanya berasal dari guru mapel sejenis di sekolah atau dalam KKG/MGMP. Kedua, anggota lesson study secara bersama-sama bermusyawarah menentukan materi pembelajaran dan menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam research lesson. Ketiga, secara bersama-sama bermusyawarah menyusun perangkat-perangkat yang dibutuhkan dalam pengamatan, misal: angket/lembar observasi, lembar check list, dan lain sebagainya. Hal ini akan membantu dan memudahkan guru/team lesson study dalam melakukan pengamatan proses belajar siswa. Keempat, bersama-sama mendiskusikan hasil temuan-temuan di lapangan (pengamatan di kelas) secara reguler dan berkelanjutan dengan anggota kelompoknya. Dari diskusi kelompok inilah diharapkan akan dapat ditemukan teknik dan metode penyampaian materi pembelajaran yang dapat memotifasi siswa. Sehingga praktek pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas, dapat tercapai secara optimal. Dan yang lebih penting lagi adalah kebersamaan diantara warga sekolah (siswa, guru, pegawai, kepala sekolah, dan stake holder lain) dalam membangun ‘mental picture’ siswa. Artinya, harus ada keselarasan, keseimbangan dan keharmonisan dalam melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sekolah, terutama dalam upaya membentuk watak dan kepribadian siswa.

Akhirnya, keberhasilan pelaksanaan lesson study sebagai ajang pengembangan profesi guru akan memberikan dampak positif bagi peningkatan mutu pendidikan atau tidak, terpulang kepada pemahaman kita semua. Apakah pemahaman ini akan ditindak-lanjuti dengan langkah-langkah konkrit, ataukah hanya sekedar sebuah teori yang harus kita ketahui sementara kita sudah terasa nyaman dengan status quo, seperti praktek pembelajaran yang biasa kita lakukan?.

10/05/10

Man Haji.mp4



09/05/10

Proses Pembelajaran Masa Depan, Bagaimana???

Ada 10 megatrend tentang belajar di masa sekarang dan masa depan, namun sebelumbya, sekedar mengingat kembali tentang hakikat belajar. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.

• Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
• Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
• Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
• Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
• Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”

10 megatrend tentang belajar
Dalam satu kesempatan pelatihan pengawas sekolah, Endang Abutarya (2007) mengetengahkan tentang 10 megatrend tentang belajar untuk saat ini dan ke depannya. Kesepuluh trend tersebut adalah: (1) belajar melalui kehidupan kita; (2) belajar dalam organisasi, institusi, asosiasi, jaringan; (3) belajar berfokus pada kebutuhan nyata; (4) belajar dengan seluruh kemampuan otak; (5) belajar bersama; (6) belajar melalui multi media, teknologi, format, dan gaya; (7) belajar langsung dari berpikir; (8) belajar melalui pengajaran/pembelajaran; (9) belajar melalui sistem pendidikan kita yang akan berubah cepat untuk membantu belajar sepanjang hayat dan masyarakat belajar; dan (10) belajar bagaimana belajar.
Sementara itu, terkait dengan proses pembelajaran, bahwa dalam pembelajaran harus dapat: (1) meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses belajar; (2) mendorong prakarsa belajar siswa; (3) mempreskripsikan strategi yang optimal; (4) kondisi membelajarkan siswa secara simultan; (5) memudahkan proses internal yang belajar; dan (6) menjadikan belajar lebih efektif, efisien, dan menarik. Pada kesempatan pelatihan ini Endang Abutarya menjelaskan pula tentang tiga teori belajar utama: (1) behaviorisme; (2) kognitivisme, dan (3) konstruktivisme.

01/05/10

Tata Tulis Buku Pelajaran

Istilah buku pelajaran sepadan dengan istilah texbook (bahasa Inggris). Buku pelajaran ialah buku yang digunakan sebagai sarana belajar di sekolah untuk menunjang program pelajaran. Buku pelajaran diperuntukkan bagi siswa.

A. Hakikat Buku Pelajaran
Buku pelajaran itu tidak habis sekali pakai, yaitu tidak menjadi barang beklas setelah dipelajari. Buku pelajaran dapat dipakai berulang-ulang, baik bagi siswa yang sama maupun oleh siswa yang berbeda. Karena penggunaannya yang demikian, kepada buku pelajaran itu ada yang memasukkan ciri berkulit tebal, yaitu dijilid dengan kuat. Dengan demikian, buku pelajaran dibedakan dari bnuku penunjang, seperti buku kerja siswa, berkas tugas sertya soal yang habus pakai.
Buku pelajaran menyediakan materi yang tersusun untuk keperluan pembelajaran siswa. Peristiwa pembelajaran terjadi dalam kegiatan interaksi dan komunikasi antara guru yang mengajar dengan siswa yang belajar di ruang kelas. Dalam kegiatan tersebut digunakan bahan untuk dipelajari oleh siswa, yaitu diindra, dipikirkan, dirasakan, diimajinasikan, dan dilakukan. Buku pelajaran menyediakan bahan yang sudah dipersiapkan, dipilih, dan ditentukan cakupan dan urutannya sehingga memberikan kemudahan bagi siswa.
Dipandang dari proses pembelajaran, buku pelajaran itu memiliki peran penting. Jika tujuan tujuan pembelajaran adalah untuk menjadikan siswamemiliki berbagai kompetensi, untuk mencapai tujuan tertentu, siswa perlu menempuh pengalaman dan latihan serta mencari informasi. Alat yang efektif untuk itu adalah buku pelajaran sebab pengalaman dan latihan yang perlu ditempuh dan infornasi yang perlu dicari dan cara menempuh dan mencarinya, disajikan dalam buku pelajaran secara terprogram.
Manfaat buku pelajaran tidak hanya bagi siswa, tetapi guru pun terbantu. Memang buku pelajaran diperuntukka siswa. Akan tetapi, guru pada waktu mengajar mempertimbangkan juga apa yang tersaji dalam buku pelajaran. Guru, tentulah, memiliki kebebasab memilih, mengembangkan, dan menyajikan materi. Ia memiliki pengetahuan tentang struktur keilmuan bekenaan dengan materi yang akan diajarkannya. Ia pun memiliki keterampilan dalam mengolah dan menyajikan materi tersebut Cara penyajian dalam buku pelajaran dapat dijadikan sebagai contoh pada menyajikan bahan dalam kegiatan pembelajaran siswanya. Untuk memperkaya bahan pembelajaran, guru diharapkan menggunakan sumber-sumber lain. Begitu pula ia diharapkan menemukan berbagai teknik mengajar yang cocok dengan situasi kelasnya,
Mengingat penggunaannya dalam kegiatan belajar, buku pelajaran perlu disusun dengan cara yang dapat memenuhi keperluan belajar tersebut. Isinya benar dari segi keilmuan, disusun secara sistematis, mengandung informasi yang kaya, lengkap, dan relevan dengan tujuan pelajaran tersebut. Di samping itu juga mempunyai kesinambungan, kesaksamaan, keteraturan, dan kesinambungan.
Mutu bukupelajaran tergantung pada kegunaannya untuk keperluan belajar siswa. Makin banyak keperluan yang dapat dilayani, semakin baik. Misalnya, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri; untuk melakukan pendalaman, untuk; untuk mengadakan pemeriksaan lagi dalam mengingat sesuatu; untuk mencatat hal-hal yang penting bagi keperluan lain, dan untuk menyaksikan gambar, diagram, grafik, tabulasi.
Buku pelajaran mempunyai hubungan dengan kurikulum, tetapi hubungan itu tidak kaku. Kurikulum masih perlu penafsiran, penjelasan, perincian, pelengkapan, pengayaan, dan pemaduan terhadap kompetensi, hasil belajar, indikator,dan materi pokok. Dalam persiapan menulis buku, penulis perlu menyusun silabusdan metode pembelajara, dan mempersiapkan bahan-bahan dan cara penyajiannya karena hal itu tidak dicanpumkan dalam kurikulum.
Mengingat keadaan kurikulum sekarang yang tidak ketat menentukan segala sesuatu, makin besarlah tanggung jawab penulis buku pelajaran untuk mengembangkan kurikulum itu. Para penulis perlu memahami benar landasan-landasan yang digunakan dalam penyusunan kurikulum dan ke mana arahnya, agar penafsiran dan pengembangan yang dilakukan benar dan tepat dari berbagai segi.

B. Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa dab Sastra Indonesia
Dalam menyusun buku pelajaran suatu mata pelajaran perlu diketahui landasan-landasannya. Khusus untuk buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, harus berlandaskan : (1) keilmuan bahasa dan sastra, (2) ilmu pendidikan dan keguruan, dan (3) keterbacaan materi dan bahasa yang digunakan.

1. Landasan Keilmuan Bahasa dan Sastra
Dalam pembelajaranbahasa dikehendaki terjadinya kegiatan berbahasa. Jadi, berbagai unsur bahasa, seperti kosakata, bentuk serta makna kata, bentuk serta makna kalimat, bunyi bahasa, dan ejaan, tidaklah diajarkan secara berdiri sendiri, melainkan dijelaskan, di mana perlu, dalam kegiatan berbahasa. Kegiatan berbahasa mencakup kegiatan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.
Kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis itu digunakan dalam berkomunikasi, yaitu oleh seseorang dalam berhubungan, berkomunikasi satu dengan lainnya. Bahasa dalam berkomunikasi digunakan untuk bertukar pikiran, mengemukakan perasaan, pendapat, imajinasi, dan sebagainya sehingga terjadi kegiatan sambut-menyambut.
Kegiatan berbahasa itu serempak dilakukan dalam kegiatan lain, baik kegiatan jasmani maupun rohani. Kegiatan berbahasa dilakukan serempak degan kegiatan menggunakan tangan, kaki, kepala, pancaindra, dan seagainya. Kegiatan berbahasa pun dilakukan serempak dengan kegiatan merasa, berpikir, berimajinasi, dan sebagainya.
Kegiatan berbahasa dan kegiatan berbuat itu terjadi dalam konteks, berupa tempat, waktu, dan suasana. Di dalamnya terdapat tanah, air, udara, cahaya, tumbuhan, binatang, manusia dengan masyarakat dan budayanya.
Pembelajaran bahasa hendaknya memperhatikan penggunaan bahasa sesuai dengan hakikat penggunanya seperti digambarkan di muka. Ada pun prinsip-prinsip yang dapat ditarikberdasarkan pandangan tersebut adalah sebagai berikut ini.
a) Prinsip Kebermaknaan
Prinsip ini menekankan pada pemenuhan dorongan bagi siswa untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, perasaan, dan informasi kepada orang lain, baik secara lisan maupun tertulis.

b) Prinsip Keotentikan
Prinsip ini menekankan pada pemilihan dan pengembangan materi pelatihan berbahasa, yaitu:
(1) berupa teks atau wacana tulis maupun lisan,
(2) banyak memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan kemahiran fungsi berbahasanya,
(3) menekankan fungsi komunikasi bahasa, yakni menekankan pada proses belajar mengajar,
(4) memenuhi kebutuhan berbahasa siswa,
(5) berisi petunjuk, pelatihan, dan tugas-tugas dengan memanfaatkan media cetak atau elektronik seoptimal mungkin,
(6) didasarkan atas hasil analisis kebutuhan berbahasa siswa,
(7) mengandung pemakaian unsur bahasa yang bersifat selektif dan fungsional, dan
(8) mendukung terbentuknya performansi komunikatif siswa yang andal.
c) Prinsip Keterpaduan
Penataan bahasa dan sastra dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
(1) mempertahankan keutuhan bahan,
(2) menuntut siswa untuk mengejakan atau mempelajarinya secara bertahap, dan
(3) secara fungsiaonal, yakni bagian yang satu bergantung kepada bagian yang lain dalam jalinan yang padu dan harmonis menuju kebermaknaan yang maksimal.
d) Prinsip Keberfungsian
Prinsip keberfungsian ada pada pemilihan metode dan teknik pembelajaran. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bagian ini adalah :
(1) memberi kesempata kepada siswa untuk mengambil bagian dalam peristiwa berbahasa yang seluas-luasnya,
(2) memberikan kepada siswa informasi, praktik, latihan, dan pengalamanberbahasa yabg sesuai dengan kebutuhan berbahasa siswa,
(3) mengarahkan siswa kepada p[enggunaan bahasa, bukan pengeasaan pengetahuan bahasa,
(4) bila dimungkinkan untuk meanfaatkan berbagai ragam bahasa dalam tindak/peristiwa berbahasa yang terjadi,
(5) diarahkan untuk mengembangkan kemahioran berbahasanya, serta
(6) mendorong kemampuan berpikir/bernalar dan kreativitas siswa.
e) Prinsip Performasi Komunikatif
Pengalaman belajar adalah segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya peristiwa belajar. Hal ini bisa berupa kegiatan berbahasa, mengamati, berlatih atau bahkan merenung. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pengalaman belajkar ialah mendukung terbentuknya performansi komunikatif siswa yang andal; sesuai dengan bahan pembelajaran; bermakna bagi pengembangan potensi dan kemahiran berbahasa siswa; sesuai dengan tuntutan didaktik metodik yang mutakhir; disajikan secara berkelanjutandan berkaitan dengan pengalaman-pengalaman belajar berbahasa yang lain secara terpadu.
f) Prinsip Kebertautan (Kontekstual)
Agar diperoleh hasil yang optimal, pembelajaran bahasa dengan menggunakan pendekatan komunikatif menuntut penggunaan media dan sumber belajar. Penggunaan media dan sumber belajar diusahakan dapat memberikan pengalaman langsung bagi soiswa untuk belajar berbahasa (reseptif maupun produktif, lisan maupun tulis); berupa fakta berbahasa (rekaman peristiwa berbahasa) atau peristiwa aktual. Bahan tersebut dapat dicari siswa atau diadakan guru sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan berbahasa siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Materi setiap sajian berguna atau dapat memanfaatkan setiap saat di sekitarnya sesuai dengan tuntutan kegiatan berbahasa yang mungkin dihadapi di masyarakat, bervariasi dan menantang; bermakna bagi pengembangan performasi komunikatif siswa secara optimal.
g) Prinsip Penilaian
Pembelajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif menuntut penggunaan penilaian yang dapat mengukursecara langsung kemahiran berbahasa siswa secara menyeluruh dan terpadu. Penuilaiannya juga yang dapat mendorong siswa agar aktif berlatih berbahasa secara tulis, lisan, baik produktif maupun reseptif, yang menghasilkan wacana tulis/lisan.

2. Landasan Ilmu Pendidikan dan Keguruan
Pemilihan bahan, penentuan luas cakupan dan urutannya dalam pembelajaran dipertimbangkan berdasarkan kaidah-kaidahpendidikan dan keguruan. Hal itu dipertimbangkan dari segi perkembangan diri siswa, sedangkan penyajiannya dipilih metode dan teknik yang cocok dengan materi pelajaran maupun keadaan siswa.
Siswa SMP dan SMA dilihat dari sisi usia berkisar antara 12 – 15 tahun dan 15 – 17 tahun. Kelompok usia ini tergolong ke dalam masa adolescene pada usia memesuki tahap formal operations (Piaget, 1997). Pada tahap ini anak mulai mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang dapat diselesaikan melalui operasi logis. Hal ini ditandai dengan kemampuan anak lebih baik dalam mengorganisasikan data, membuat alasan-alasan ilmiah, serta merumuskan hipotesis. Anak juga mampu berpikir dalam jangkauan yang lebih jauh. Kalau pada tahap perkembangan sebelumnya anak hanya mampu melihat hubungan antara bilangan dengan benda-benda konkret, dan pada tahap perkembangan berikutnya anak mampu berpikir tentang hubungan dengan khayalan abstrak dan membuat pernyataan verbal serta dalil-dalil. Mereka sering melibatkan diri dalam diskusi-diskusi filsafat, agama, dan moral. Salah satu contohnya dapat dilihat dari penggunaan kata dan kalimat dari siswa tersebut.

3. Landasan Keterbacaan Materi dan Bahasa yang Digunakan
Bagaimana materi itu harus diolah agar memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahaminya. Panjang dan susunan kata, frase, kalimat, dan wacana, yang bagaimana yang tidak menyulitkan siswa. Begitu pula makna kata, frase, dan kalimat, harus diketahui mana yang memudahkan dan mana yang menyulitkan siswa. Buku pelajaran yang memberi kemudahan kepada siswa disebut sebagai mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi. Sebaliknya ,buku pelajaran yan menimbulkan kesulitan siswa disebut sebagai buku pelajaran yang mempunyai tingkat keterbacaan rendah.

C. Komponen-komponen Buku Pelajaran
Di dalam buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdapat beberapa komponen, sebagai berikut ini.
(1) pendahuluan berupa tujuan instriksional, dan sebagainya;
(2) uraian berupa penggunaan istilah/konsep, ciri-ciri, klasifikasi, rincian, rumus, contoh, penilaian, dan manfaat;
(3) bentuk visual berupa tabel, format,bagan, peta, potret, serta gambar;
(4) petunjuk praktik;
(5) latihan, pertanyaan, dan tugas; serta
(6) rangkuman.
Pengelompokan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 bukan menggambarkan suatu urutan yang sistematis.

D. Pemilihan Materi
Materi buku merupakan bahan pelajaran yang disajikan di dalam buku pelajaran. Untuk memilih materi yang tepat perlu memperhatikan ukuran standar berikut ini.
(a) Pilihlah materti standar yang sesuai dengan kurikulum.
(b) Relevansi materi ditinjau dari segi tujuan pendidikan.
(c) Relevansi materi dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
(d) Kesesuaian materi pokok dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.

E. Penyajian Materi
Penyajian adalah cara menyajikan materi pelajaran di dalam buku pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, mulai dari materi, tahapa, penataan, pembelajaran di klas, kebutuhan serta minat siswa, dan kepentingan komunikasi. Unsur yang terdapat di dalamnya adalah: (a) tujuan pembelajaran, (b) penahapan pembelajaran, (c) menarik minat dan perhatian siswa, (d) kemudahan dipahami, (e) keaktifan siswa, (f) hubungan bahan, (g) norma, dan (h) latihan dan soal.

F. Penggunaan Bahasa dan Keterbacaan
Dalam buku pelajaran hendaknya memperhatikan penggunaan bahasa dan keterbacaan sebagai berikut ini.
(a) Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta memperhatikan ragam formal.
(b) Penggunaan bahasa yang dapat meningkatkan daya nalar dan daya cipta siswa
(c) Penggunaan struktur kalimatyang sesuai dengan tingkat penguasaan dan perkembangan kognisi siswa.
(d) Penggunaan paragraf yang efektif.
(e) Materi dan ilustrasi atau foto nyata yang sesuai dengan wacana sajian.

Sebagai tahap akhir penulisan buku pelajaran, jangan lupa menuliskan daftar pustaka. Selamat berkarya !