Assalaamu'Alaikum Wr. Wb.

Selamat datang Di MTs. Negeri Slawi Kabupaten Tegal, Menyiapkan generasi muda beriman, berilmu, beramal dan berakhlak.

Ustadz Pilihan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan mumpuni, siap meluangkan waktu untuk membantu siswa-siswinya.

Praktek Mengurus Jenazah

Siswa-siswi dilatih untuk mengurus jenazah, dari memandikan, mengkafani, menyolati dan mengubur jenajah.

Latihan Manasik Haji

Pemahaman keagamaan dilakukan melalui teori dan kegiatan praktikum.

Kegiatan Ekstrakurikuler

Berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler dan keagamaan, untuk menjaga ketahanan phisik dan mental siswa.

Drum Band MTsN Slawi

Drum Band MTs. Negeri Slawi selalu berkiprah dalam setiap perayaan HUT Kemerdekaan RI dan even-even lain.

Pramuka MTsN Slawi

Pramuka MTs. Negeri Slawi membekali para siswa keterampilan sosial dan jiwa patriotisme.

Prestasi Siswa

Memberi kesempatan siswa untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan keterampilan yang dimiliki.

Bording School

Program baru, Bording School akan dibuka pada Tahun Pelajaran 2016/2017.

28/10/10

Pembelajaran Tematik,Bagaimanakah?

Proses pembelajaran merupakan fenomena yang kompleks, guru lebih banyak berhubungan dengan pola pikir siswa, dimana setiap siswa, siapapun, dimanapun memiliki setumpuk kata, pikiran, tindakan yang dapat mengubah lingkungan, baik di keluarga di sekolah maupun di masyarakat.

Pola pembelajaran yang saat ini sudah disosialisasikan khususnya bagi siswa kelas awal (kelas 1, 2 dan kelas 3) adalah dengan menggunakan pendekatan tematik. Begitu nuansa tematik ini digulirkan di dunia guru, dan sekolah, maka sepertinya terjadi suatu “keributan”. Guru mulai berpikir dan bertanya-tanya, apakah selama ini cara pembelajaran yang rasanya sudah menghasilkan lulusan siswa-siswa berprestasi, yang sudah mencetak dan menghasilkan dokter, insinyur, birokrat dianggap kurang berhasil?. Sehingga ada ungkapan bahwa “saya sudah mengajar puluhan tahun, dan saya sudah mempunyai alumni yang berhasil menjadi pejabat, menjadi dokter, menjadi insinyur dan sebagainya dianggap tidak berhasil? Pemikiran-pemikiran semacam ini akan menjadi penghambat bagi bergulirnya sebuah inovasi dalam bidang pendidikan.
Pembelajaran dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi dan metode diharapkan dapat memberi kemungkinan siswa mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi siswa dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi siswa yang berdimensi ketuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
Pembelajaran yang diciptakan baik di kelas maupun di luar kelas dilaksanakan, diharapkan dapat dikondiskan dalam suasana hubungan siswa dan guru yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, hangat, dan menyenangkan dengan prinsip ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, (di depan memberikan contoh dan teladan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di belakang memberikan daya dan kekuatan). Terlebih bagi siswa yang masih berada di kelas 1, 2 dan 3, yang masih memerlukan bimbingan, perhatian, sebagaimana pelayanan para orang tua yang dengan kasih sayang membimbing mereka.
Pelaksanaan pembelajaran seyogyanya dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, multisumber belajar serta teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar). Sebuah model pembelajaran diharapkan dapat dipergunakan sebagai wawasan untuk disesuaikan dengan kondisi siswa di masing-masing sekolah.
Siswa perlu dipersiapkan baik secara internal maupun eksternal, baik ketika di dalam kelas maupun di luar kelas. Terlebih bagi siswa yang masih berada di tataran kelas awal, yaitu kelas 1, 2 dan 3 tentu saja tidak dapat disamakan pelayannya dengan siswa yang ada di kelas tinggi, yaitu di kelas 4, 5 dan 6. siswa di kelas 1, 2 dan 3 perlu diperlakukan khusus, antara lain salah satunya dengan cara membelajarkan dengan menggunakan pendekatan tematik.
Pendekatan tematik yang akhir-akhir ini digulirkan dan telah disosialisasikan di lapangan memerlukan penjelasan yang cukup rinci. Apa, bagaimana membelajarkan model secara tematik akan dikupas di dalam naskah ini tetapi tentunya masih diperlukan adaptasi antara guru dan siswa setempat. Karena suatu model pembelajaran sangat cocok dengan siswa di kelas I di suatu tempat belum tentu sama perlakuannya apabila disajikan untuk siswa I di kelas yang lain.
Pemahaman Konsep Pendekatan Pembelajaran Tematik
Suatu pemikiran tentang pembelajaran tematik sudah dilakukan sejak konsep kurikulum 2004 mulai digulirkankan. Hal ini mengacu pada hakekat perkembangan anak terutama yang sedang berada di posisi kelas awal, kalau diistilahkan kelas rendah yaitu kelas 1, 2, dan kelas 3.
Ciri utama dari perkembangan anak sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah adalah pemikiran mereka masih bersifat holistik, perkembangan anak bersifat terpadu. Aspek perkembangan yang satu masih terkait erat antara yang satu dengan yang lainnya dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Perkembangan fisik tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial dan emosional, demikian juga sebaliknya. Perkembangan anak akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan dan lingkungan kesehariannya, mulai dari lingkungan yang terdekat ke lingkungan yang semakin jauh, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dalam menyiapkan pembelajaran di kelas awal ini guru perlu mempertimbangkan beberapa aspek agar pembelajaran dapat berdaya guna dan berhasil guna. Belajar secara menyenangkan sangatlah dianjurkan agar supaya siswa tidak merasa sedang di format untuk mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan, melainkan dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan siswa tidak merasakan bahwa dia sebenarnya sedang belajar dan sedang mentransformasi suatu ilmu pengetahuan ke dalam dirinya, karena suasananya yang ”Joyfull Learning”
Aspek yang perlu mendapat perhatian dalam mengoptimalkan pembelajaran di sekolah dasar adalah dengan mewujudkan pembelajaran tematik dengan memperhatikan keterpaduan berbagai mata pelajaran dalam setiap kali tatap muka.
Dalam mengakomodasi berbagai aspek tersebut, guru perlu menyiapkan diri untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak dengan cara pembelajaran menggunakan pendekatan tematik yang memadukan berbagai mata pelajaran. Anak diajak memahami konsep melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Pembelajaran semacam ini diyakini sebagai suatu pembelajaran yang lebih bermakna karena sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Pembelajaran dengan pendekatan tematik bertolak dari suatu topik atau tema tertentu yang dipilih guru dengan atau bersama anak. Di mana konsep-konsep suatu mata pelajaran saling terkait dan dijadikan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi suatu topik atau tema.
Belajar dengan pendekatan tematik ini lebih banyak menekankan pada keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak menjadi aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pembelajaran ini cocok sekali dengan konsep dari John Dewey yaitu Learning by Doing.
Dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik ini perlu disajikan contoh model penerapan pembelajaran tematik agar guru memperoleh gambaran secara utuh. Model penerapan pendekatan tematik yang secara utuh diawali dengan pemetaan kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran, kemudian dibuat jaringan KD dan Indikator, setelah itu dituangkan ke dalam format silabus, dari silabus ini dibuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
Pembelajaran tematik dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu melalui tema sebagai pemersatu kegiatan yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, dimaksudkan untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Karena siswa dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa mata pelajaran diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Pelaksanaan pendekatan ini berawal dari suatu tema dan atau topik yang dipilih/dikembangkan dan ditemukan oleh guru dan atau bersama anak. Apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, maka pembelajaran terpadu ini tampak lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam belajar.
Membuat anak aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Memberikan pengalaman langsung pada anak dan tidak tampak adanya pemisahan antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya. Menyajikan materi dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, bersifat fleksibel dan hasil pembelajarannya dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Tim pengembang PGSD dalam Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar disebutkan bahwa pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai:
• Pembelajaran yang beranjak dari satu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
• Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi/mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
• Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan
• Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi/mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan anak dapat belajar dengan lebih baik dan bermakna
Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran dengan menggunakan tema berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta menambah semangat karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata dan bermakna serta dikenal oleh anak.
Pemilihan dalam pembelajaran tema bertujuan agar supaya anak dapat:
1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu;
2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama;
3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi anak;
5. Lebih bergairah belajar, karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi yang nyata seperti: bertanya, bercerita, menulis, sekaligus mempelajari mata pelajaran yang lain;
6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;
7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan bahkan lebih dan/atau pengayaan;
8. Budi pekerti dan moral anak dapat ditumbuhkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut :
1. Berpusat pada anak;
2. Memberikan pengalaman langsung pada anak;
3. Pemisahan antara bidang studi/mata pelajaran dalam tidak begitu jelas;
4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi/mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran;
5. Bersifat luwes;
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Kekuatan Tema Dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran terpadu memiliki kekuatan antara lain:
1. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak;
2. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak;
3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna;
4. Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
5. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama;
6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan oranglain artinya respek terhadap gagasan orang lain.
7. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak.
Peran Tema Dalam Proses pembelajaran
Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus, dengan membuat pembelajaran tematik, yaitu terpadu antara kelompok mata pelajaran Agama (Akhlak Mulia/Budi Pekerti/Tata krama), Pendidikan Kewarganegaraan dan Kepribadian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang terdiri dari: (Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam), Estetika (Seni Budaya – Keterampilan), dan Jasmani dan Olah Raga dan kesehatan.
Khusus untuk mata pelajaran agama, tidak diberikan contoh perpaduan dalam tematik, dikarenakan di Indonesia ada beberapa agama yang diakui (Islam, Katolik dan Protestan, Hindu dan Budha), maka harapan penulis agar sekolah menyesuaikan dengan karakteristik keagamaannya masing-masing. Dan khusus untuk mata pelajaran agama ini disarankan agar guru kelas dapat berkoordinasi dengan guru agama dan juga guru olah raga untuk bersama-sama membuat kesepakatan mana-mana indikator yang akan dibelajarkan bersama-sama dalam naungan tema dan mana yang akan dibelajarkan oleh guru agama dan guru olah raga.
Penyepakatan ini mengacu pada bobot penyajian sebagaimana yang tertuang di dalam ketentuan Kerangka Dasar Kurikulum yang disebutkan: 15% untuk Agama, 50% untuk Calistung (baca, tulis dan hitung), 35% untuk Pendidikan Kewarganegaraan dan Kepribadian, Iptek (Bahasa, IPA, IPS dan Matematika), Estetika, Olah Raga dan Kesehatan
Alokasi waktu yang disediakan total adalah 26 jam pelajaran perminggu untuk kelas 1, 27 jam pelajaran perminggu untuk kelas 2 dan 28 jam pelajaran perminggu untuk kelas 3. sedangkan jumlah minggu efektif tersedia antara 34 – 40 minggu. Dan untuk kepentingan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator misalnya ditetapkan 36 minggu efektif dalam satu tahun, sehingga masing-masing semester tersedia 18 minggu.
Pembelajaran tematik bagi siswa kelas 1, 2, dan 3 ini tidak dikenal adanya jadwal pelajaran. Karena pembelajarannya harus dilakukan oleh guru kelas yang menyajikan secara terpadu dalam naungan sebuah tema. Jadi jadwal penyajiannya adalah pelajaran tema yang memuat beberapa mata pelajaran sekaligus. Apabila terdapat kompetensi dasar dan indikator yang dibuat ternyata diketahui tidak dapat dipadukan dalam sebuah tema, maka khusus indikator-indikator tersebut perlu dibuatkan tema tersendiri agar dapat mencapai ketuntasan kompetensi dasar.
Prinsip Pemilihan Tema
Pembelajaran terpadu yang diikat dengan sebuah tema tertentu disebut juga sebagai pembelajaran tematik. Dalam penyusunannya guru perlu melihat semua kurikulum dan silabus dari semua mata pelajaran untuk menemukan dan menentukan tema dan atau topik yang bisa dikaitkan atau dipadukan.
Penentuan tema atau topik yang dipilih diharapkan melibatkan siswa dalam tugas-tugas yang terkait dengan sesuatu yang menjadi bagian dalam kehidupan siswa.
Pemilihan dan penentuan tema atau topik yang merupakan pemersatu mata pelajaran, dan dengan adanya tema tersebut tidak dikehendaki bahwa mata pelajaran tidak dapat dibahas. Apapun tema yang akan dimunculkan seyogyanya tidak menghalangi masuknya indikator dari kompetensi dasar dari sebuah mata pelajaran yang akan dibahas.
Oleh karena itu perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Tema tidak terlalu luas, namun dapat dengan mudah dipergunakan untuk memadukan banyaknya mata pelajaran
b. Tema bermakna, artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
c. Tema harus sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis anak
d. Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak di sekolah/kelas
e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar
f. Mempertimbangkan kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat terhadap hasil belajar siswa.
g. Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
Setelah guru memiliki tema, langkah berikutnya adalah membuat jaringan Kompetensi Dasar (KD) dan indikator. Semua KD dan indikator yang telah dibuat dari semua mata pelajaran (Agama, Bahasa Indonesia,, Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Estetika/Seni – Budaya dan Olah Raga – Jasmani dan Kesehatan) ditulis dalam jaringan.
Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Tematik
Model pembalajaran dengan pendekatan tematik khususnya siswa kelas 1, 2 dan 3 melalui beberapa tahapan antara lain, 1) guru harus sudah memiliki tema untuk satu tahun; 2) guru melakukan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari kurilulum 2004; 3) membuat hubungan antara kompetensi dasar, indikator dengan tema; 4) membuat jaringan indikator; 5) menyusun silabus tematik dan langkah keenam adalah penyusunan rencana pembelajaran tematik. Langkah-langkah tersebut akan dibahas satu per satu di bawah ini.
a) Pemilihan Tema
Penentuan tema yang akan dikembangkan di kelas 1 2 dan 3 dapat mempertimbangkan kriteria pembuatan tema seperti yang tertulis di depan tadi.
b) Analisis Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
Kegiatan untuk melakukan analisis indikator, kompetensi dasar dan hasil belajar yang sesuai dengan tema dapat diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah. Dengan demikian kegiatan ini tidak perlu dilakukan secara tersendiri, tetapi dapat dilaksanakan bersamaan dengan penentuan jaringan indikator.
c) Hubungan Kompetensi Dasar, Indikator dengan Tema
• Mengidentifikasi semua indikator dan kompetensi dasar dari semua mata pelajaran (Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Seni-Budaya dan Olah Raga Jasmani dan Kesehatan)
• Memasukkan hasil identifikasi ke dalam format (tabel) hubungan indikator dan kompetensi dasar ke dalam tema yang relevan
• Jika ada indikator dan kompetensi dasar yang tidak bisa dimasukkan ke dalam suatu tema, maka indikator dan kompetensi dasar tersebut dibuatkan atau dicarikan tema khusus dan disajikan tersendiri, baik oleh guru kelas maupun oleh guru mata pelajaran (terutama indikator dan kompetensi dasar Agama dan Penjas)
Contoh Model Pembelajaran dengan Teknik Jigsaw di Kelas I ,Tema: Aku dan Keluargaku
Untuk siswa yang masih duduk di kelas I banyak berbicara dengan bahasa gambar, karena bahasa tulis masih dalam taraf belajar memegang pensil dan belajar huruf. Teknik Jigsaw bagi siswa kelas I sekolah dasar bisa juga diterapkan tetapi bukan sebagai ahli informasi dalam pengertian memahami wacana, melainkan informasi tentang bagaimana dapat menceritakan makna gambar yang diperoleh dalam pembelajaran.
Contoh penerapan teknik jigsaw bisa seperti di bawah ini:
1. Siswa dibagi dalam kelompok kecil, sambil belajar angka maka bisa menggunakan teknik menghitung misalnya: jumlah siswa ada 40 anak. Semua anak akan menghitung 1, 2, 3, 4. selesai hitungan 4, kembali ke 1 begitu seterusnya sampai semua anak mempunyai angka nomor berapa. Kalau sudah selesai menghitung semua, beberapa siswa ditanya dia nomor berapa, untuk mengetahui apakah siswa tersebut masih ingat akan angka/nomor dirinya.
2. Semua siswa yang berdekatan dan yang mempunyai angka 1 s.d 4 dikelompokkan menjadi satu kelompok, sehingga dalam satu kelas akan ada 10 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 anggota dalam satu kelompoknya (apabila di dalam kelas tersebut jumlah siswa ada 40 anak)
3. Guru menyajikan beberapa gambar misalnya:
a. Gambar keluarga terdiri dari seorang ayah, ibu dan 2 anak (laki-perempuan)
b. Gambar sebuah ruang tamu dengan seperangkat meja kursi
c. Gambar kakek dan nenek (orang tua dari ayah/ibu) datang
d. Gambar adik/bibi dari ibu membacakan cerita untuk anak-anak
4. Setelah dipastikan semua anak menerima gambar sesuai dengan nomor dirinya masing-masing, selanjutnya semua anak ditugaskan mengamati gambarnya yang diterimanya kemudian memaknai gambarnya.
5. Setelah selesai, memaknai gambarnya yang diterimanya, semua siswa yang memiliki gambar sama berkumpul dalam satu kelompok besar. Untuk mempermudah siswa membentuk kelompok ahli, guru menyiapkan kertas yang berbeda warna sehingga apabila ada siswa yang salah masuk ke kelompok yang tidak sesuai dengan nomor gambarnya akan mudah diketahui.
6. Dalam kelompok ahli (kelompok gambar yang sama) semua siswa diminta saling bercerita sesuai dengan pemaknaan masing-masing, kemudian disepakati kesimpulan dari cerita yang sama.
1. Setelah selesai berdiskusi tentang gambar semua siswa ditugaskan untuk kembali ke kelompok semula (yang beranggotakan 4 anak) dikatakan sebagai kelompok 4 serangkai, karena terdiri dari 4 anggota dalam setiap kelompoknya.
2. Setelah berkumpul kembali ke kelompok awal, semua siswa diminta untuk secara bergantian bercerita tentang hasil diskusi di kelompok ahli tadi. Semua siswa dalam kelompok empat serangkai ini akan mendapat cerita dari tiga temannya. Sehingga setiap siswa dalam satu kelas akan mempunyai 4 jawaban yang kurang lebih sama.
3. Berikutnya guru memanggil satu kelompok secara bergantian untuk maju ke depan kelas menceritakan hasil diskusinya. Kelompok lain bisa memberikan komentar, atau pertanyaan terhadap cerita temannya di depan kelas, sambil membiasakan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya.
4. Guru memberikan klarifikasi apabila ada cerita siswa/kelompok yang tidak sesuai dengan fakta gambar. Dan memberikan penguatan jika jawaban siswa benar. Dan jika salah, maka guru memberikan pelurusan secara arif, tidak menyalahkan, melainkan memberikan rasional yang bijak.
Cara ini hanyalah salah satu dari sekian banyak teknik pembelajaran. Masih banyak teknik lain yang dapat dipergunakan dalam membelajarkan materi yang memadukan materi dari berbagai mata pelajaran yang disatukan dalam sebuah tema.
REFERENSI
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan