Assalaamu'Alaikum Wr. Wb.

Selamat datang Di MTs. Negeri Slawi Kabupaten Tegal, Menyiapkan generasi muda beriman, berilmu, beramal dan berakhlak.

Ustadz Pilihan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan mumpuni, siap meluangkan waktu untuk membantu siswa-siswinya.

Praktek Mengurus Jenazah

Siswa-siswi dilatih untuk mengurus jenazah, dari memandikan, mengkafani, menyolati dan mengubur jenajah.

Latihan Manasik Haji

Pemahaman keagamaan dilakukan melalui teori dan kegiatan praktikum.

Kegiatan Ekstrakurikuler

Berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler dan keagamaan, untuk menjaga ketahanan phisik dan mental siswa.

Drum Band MTsN Slawi

Drum Band MTs. Negeri Slawi selalu berkiprah dalam setiap perayaan HUT Kemerdekaan RI dan even-even lain.

Pramuka MTsN Slawi

Pramuka MTs. Negeri Slawi membekali para siswa keterampilan sosial dan jiwa patriotisme.

Prestasi Siswa

Memberi kesempatan siswa untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan keterampilan yang dimiliki.

Bording School

Program baru, Bording School akan dibuka pada Tahun Pelajaran 2016/2017.

19/05/11

Optimalisasi Pemanfaatan MPI

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 19 menekankan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Deskripsi tersebut menjadi dasar acuan guru dalam mengelola proses pembelajaran yang berkualitas dan membangun potensi unggul siswa. Pembelajaran berbantuan MPI ditengarai akan mampu berikan kontribusi bagi iklim belajar tersebut.

Penelitian yang dilakukan Saracho (1986) menyimpulkan bahwa kelompok siswa yang menggunakan program komputer mampu meningkatkan skornya lebih tinggi selain itu, siswa yang memperoleh program komputer memiliki sikap yang lebih baik terhadap komputer dibandingkan kelompok siswa yang memperoleh program komputer. Penelitian yang dilakukan Kulik (1984) menunjukkan bahwa pembelajaran berbantuan komputer memiliki pengaruh yang bermanfaat pada prestasi belajar siswa dalam berbagai kondisi pembelajaran. Dalam penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pembelajaran berbantuan komputer tidak saja hanya mampu meningkatkan prestasi belajar siswa sebesar 50%, tetapi juga dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan belajar siswa. Meta-analisis dari 28 penelitian melaporkan bahwa pembelajaran berbantuan komputer mampu menurunkan waktu belajar rata-rata sebesar 32 prosen (Merrill, 1995).

Penelitian yang dilakukan Sunaryo Soenarto (2007) menunjukkan bahwa (1) pencapaian hasil belajar mahasiswa yang mengikuti perkuliahan berbasis multimedia lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar mahasiswa yang mengikuti perkuliahan berbantuan media handout, dan(2) 74,66 % mahasiswa memberikan persepsi sangat baik terhadap pelaksanaan perkuliahan Elektronika Dasar berbasis multimedia. Proses perancangan dan pengembangan yang mempertimbangkan karakteristik MPI serta proses evaluasi yang prosedural akan dapat menghasilkan produk MPI yang berkualitas dan bermanfaat secara luas bagi seluruh jenjang pendidikan nasional.

Produk MPI dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran berbasis komputer (offline) maupun untuk pembelajaran berbasis web (online). Pemanfaatan MPI untuk pembelajaran berbasis komputer, akan memberikan keragaman bagi guru dapat mengelola dan mengendalikan kegiatan belajar siswa secara optimal. Selain itu, pemanfaatan MPI untuk pembelajaran berbasis web (online) akan mendukung pemerataan pendidikan yang semakin luas dengan penyelengaaraan pada jalur sekolah maupun luar sekolah.

17/05/11

Problem Possing Education

Problem Posing dapat diartikan membangun atau membentuk permasalahan. Pemberian tugas dengan Problem Posing secara berkelompok adalah suatu kegiatan pemberian tugas dimana siswa secara kelompok terlibat langsung dalam pembuatan soal dan menyelesaikannya sesuai dengan konsep atau materi yang telah dipelajari.

Pada penelitian ini konsep yang diajarkan adalah Konsep Pangkat Tak Sebenarnya. Pembentukan soal atau pembentukan masalah mencakup dua macam yaitu : 1) pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi atau pengalaman siswa, dan 2) pembentukan soal dari soal lain yang sudah ada (PPGM, 1999 : 5).

Pembelajaran konsep Matematika khususnya Konsep Pangkat Tak Sebenarnya melalui latihan membentuk soal diharapkan merupakan pendekatan yang efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk menerapkan konsep Matematika.

Menurut ( PPGM, 1999 : 5 – 6 ) dijelaskan bahwa : (a) adanya korelasi positif antara kemampuan membentuk soal dan kemampuan membentuk masalah, (b) latihan membentuk soal merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam memecahkan masalah.
Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membentuk soal, guru perlu memberikan contoh dengan cara sebagai berikut :
(1) Membentuk soal dari soal yang sudah ada atau memperluas soal yang sudah ada.
(2) Membentuk soal dari suatu situasi atau gambar di Majalah atau Surat Kabar, atau membuat soal mengenai benda-benda kongkrit yang dapat dianalisa lebih lanjut.
(3) Membuat soal terbuka.
(4) Membentuk sejumlah soal yang mirip tetapi dengan taraf kesulitan yang berbeda dan bervariasi.
(5) Setelah diberi beberapa contoh, selanjutnya siswa diberi tugas membentuk soal sesuai dengan pokok bahasan yang diberikan, yang selanjutnya soal tersebut harus dikerjakan oleh kelompok lain, demikian juga sebaliknya.

Dalam memberikan tugas dengan Pendekatan Problem Posing, siswa bekerja secara kelompok. Hal ini dimaksudkan agar guru mudah memantau aktifitas siswa selama pelaksanaan pemberian tugas berlangsung, dan memudahkan guru dalam pemeriksaan hasil kegiatan. Soal yang dibuat siswa adalah yang mirip dengan contoh yang telah diberikan guru. Dengan kata lain soal itu sedikit berbeda dari contoh yang dibeirkan guru.

Untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan Konsep Pangkat Tak Sebenarnya, kegiatan pemberian tugas dengan Pendekatan Problem Posing dikembangkan dan dimodifikasi dimana siswa bukan hanya membuat soal dan menyelesaikan saja, tetapi setiap kelompok akan mengerjakan juga soal-soal yang telah dibuat oleh kelompok lain. Selain itu agar suasana pemberian tugas dengan Problem Posing ini menarik dan menyenangkan, maka kelompok yang mampu membuat soal dan menyelesaikannya lebih dari satu atau lebih dari ketentuan guru akan diberi bonus. Demikian pula pada saat mengerjakan soal buatan kelompok lain, apabila dapat mengerjakan lebih dari satu atau lebih dari ketentuan guru maka kelompok itu akan mendapat bonus dari guru.

Kerbehasilan pelaksanaan tindakan ini dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam mebuat soal dan menyelesaikannya serta dari kemampuan siswa dalam mengerjakan soal buatan kelompok lain. Apabila kemampuan siswa dalam kegiatan pemberian tugas dengan Pendekatan Problem Posing berarti kemampuan siswa dalam menerapkan Konsep Pangkat Tak Sebenarnya juga meningkat. Dan selanjutnya dapat disimpulkan bahwa para siswa telah mengalami peningkatan motivasi belajar.

b. Motivasi Belajar
Belajar dalam pandangan Teori Modern adalah merupakan proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Jadi seseorang dikatakan melakukan kegiatan belajar, setelah ia memperoleh hasil yaitu terjadinya perubahan. Misalnya : dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti

Motivasi adalah dorongan yang tumbuh karena tingkah laku dan kegiatan manusia. Dalam proses belajar mengajar motivasi merupakan faktor yang sangat penting karena dapat memberikan semangat dan petunjuk bagi peserta didik dalam kegiatan belajarnya.

Lebih lanjut A. Tabrani Rusyan, dkk dalam Bukunya : Pendataan dalam Proses Belajar Mengajar, halaman 99 mengatakan : “Motivasi adalah penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan”. Pada bagian lain ( Pasaribu dan Simanjuntak, dalam bukunya Proses Belajar Mengajar halaman 59) menjelaskan bahwa motivasi adalah besarnya dorongan yang ditimbulkan adanya suatu sikap positif dari siswa, dalam hal ini adalah kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Belajar adalah proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan dan perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar bila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang. Belajar merupakan usaha yang dilakukan setiap manusia dalam rangka untuk mencapai sesuatu yang ingin dicapai. Belajar akan menimbulkan perubahan perilaku yang diperoleh melalui pengetahuan dan wawasan. Belajar merupakan aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, kemampuan dan nilai sikap, perubahan itu bersifat relative konstan. Motivasi Belajar adalah dorongan yang ditimbulkan oleh siswa untuk melakukan usaha dalam rangka mencapai sesuatu yang diinginkan. Indikasi motivasi belajar antara lain terlihat pada keaktifan dan partisipasi siswa di dalam kelas.

14/05/11

Info Penerimaan Siswa Baru

Pada tahun pelajaran 2011/2012 ini, MTs. Negeri Slawi berencana membuka tiga kelas unggulan berbasis IT (masing-masing satu kelas untuk setiap kelas paralel). Mekanisme perekrutan dilakukan melalui tahapan seleksi: administrasi, akademis dan psikotes. Berikut ini persyaratan penerimaan peserta didik baru, baik yang reguler maupun kelas unggulan.

A. Waktu/tempat Penndaftaran
1. Pendaftaran :
Tanggal : 01 – 03 Juli 2011
Jam : 07.30 s/d 12.00 WIB

2. Tempat Pendaftaran :
MTs. Negeri Slawi
Jl. Prof. Moh. Yamin Slawi Telp. (0283) 491124

B. Syarat Penndaftaran
1. Mengambil dan mengisi formulir pendaftaran
2. Usia maksimal 15 tahun pada 27 juni 2011
3. Mengembalikan formulir dengan melampirkan
a. Menyerahkan foto copy Ijazah/STTB SD atau MI yang telah dilegalisir sebanyak 2 lembar.
b. Menyerahkan Surat Tanda Kelulusan (STK) yang asli beserta foto copy sebanyak 2 lembar.
c. Menunjukan Piagam Penghargaan, minimal untuk tingkat kecamatan akan mendapat bonus penilaian.
d. Mengisi formulir dan menyerahkan Photo hitam putih ukuran 3 x 4 cm sebanyak 4 lembar
e. Masukan semua persyaratan tersebut di atas dalam map tanpa nama:
• Map warna merah, bagi calon siswa putri
• Map warna Biru, bagi calon siswa putra.

C. Seleksi dan Pengumuman
1. Seleksi Penerimaan meliputi:
• Baca Tulis Qur’an (BTQ) dilakukan ketika calon siswa mendaftar
• Tes Khusus & Seleksi Administrasi (Tanggal, 042 Juli 2011)

2. Pengumuman:
• Hasil seleksi Calon Peserta Didik Baru diumumkan tanggal 05 Juli 2011, jam: 08.00 s/d selesai .
• Siswa yang dinyatakan diterima, pendaftaran ulang dimulai tanggal : 06 – 07 Juli 2011

D. Rencana Kegiatan Siwa Baru Tahun Ajaran 2011-2012
1. Kegiatan Pra-Orientasi Siswa dilaksanakan 10 Juli 2011
2. Masa Orientasi Siswa (MOS) dilaksanakan 11 s/d 13 Juli 2011

E. Lain-lain
Hal-hal yang belum jelas dapat ditanyakan langsung kepada panitia PSB, MTs Negeri Slawi, Jl. Prof. Moh. Yamin Slawi Telp. (0283) 491124

INFO BARU
F. MTs Negeri Slawi membuka 3 Kelas Program Unggulan
1. Tambahan materi praktek Pendidikan Agama Islam (doa, pengurusan jenazah, manasik haji, pengelolaan bazis, dan lain sebagainya)
2. Tambahan materi kitab kuning
3. Tambahan materi Conversation/percakapan dalam Bhs. Inggris dan Bhs. Arab
4. Tambahan materi dan praktek komputer (MS. Office dan Internet)
5. Tambahan materi praktek pidato umum dan agama dalam tiga bahasa (Arab, Inggris dan Indonesia)
6. Waktu Belajar jam: 07.00 – 15.00 (mohon disiapkan makan siang bagi putra-putrinya)

G. Fasilitas
1. Laptop, LCD dan layar
2. TV 29 Inch beserta DVD
3. CD Pembelajaran
4. Lab. Komputer
5. Lab. Multimedia
6. AC dan Loker siswa
7. Perpustakaan kelas
8. Bekerja sama dengan lembaga bahasa dan kantor kesehatan (puskesmas) setempat

H. Kegiatan Ekstrakurikuler

1. Komputer 7. Qira’ah
2. Marching Band 8. Bola Voli
3. Pramuka 9. PKS
4. PMR - UKS 10. Qosidah Modern
5. Menjahit 11. Karate/Silat
6. Bahasa



12/05/11

Kompetensi Guru Dan Peran Kepala Sekolah


Abstrak : Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang amat penting. Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan melalui optimalisasi peran kepala stsekolah, sebagai : educator, manajer, administrator, supervisor, leader, pencipta iklim kerja dan wirausahawan.
Kata kunci : kompetensi guru, peran kepala sekolah


A. Pendahuluan


Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya melalui Depdiknas terus menerus berupaya melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan bahwa “educational change depends on what teachers do and think…”. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada “what teachers do and think “. atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru.

Jika kita amati lebih jauh tentang realita kompetensi guru saat ini agaknya masih beragam. Sudarwan Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru.

Tulisan ini akan memaparkan tentang apa itu kompetensi guru dan bagaimana upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dilihat dari peran kepala sekolah. Dengan harapan kiranya tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi bagi para guru maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pendidikan.

B. Hakekat Kompetensi Guru

Apa yang dimaksud dengan kompetensi itu ? Louise Moqvist (2003) mengemukakan bahwa “competency has been defined in the light of actual circumstances relating to the individual and work. Sementara itu, dari Trainning Agency sebagaimana disampaikan Len Holmes (1992) menyebutkan bahwa : ” A competence is a description of something which a person who works in a given occupational area should be able to do. It is a description of an action, behaviour or outcome which a person should be able to demonstrate.”

Dari kedua pendapat di atas kita dapat menarik benang merah bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan.

Agar dapat melakukan (be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.

Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka dalam hal ini kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan..

Lebih jauh, Raka Joni sebagaimana dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan tiga jenis kompetensi guru, yaitu :

Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya.
Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas.
Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani

Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu :

Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c)pengembangan kurikulum/ silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang: (a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f) berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk : (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

Sebagai pembanding, dari National Board for Profesional Teaching Skill (2002) telah merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika, yang menjadi dasar bagi guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, dengan rumusan What Teachers Should Know and Be Able to Do, didalamnya terdiri dari lima proposisi utama, yaitu:

Teachers are Committed to Students and Their Learning yang mencakup : (a) penghargaan guru terhadap perbedaan individual siswa, (b) pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa, (c) perlakuan guru terhadap seluruh siswa secara adil, dan (d) misi guru dalam memperluas cakrawala berfikir siswa.
Teachers Know the Subjects They Teach and How to Teach Those Subjects to Students mencakup : (a) apresiasi guru tentang pemahaman materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan dihubungkan dengan mata pelajaran lain, (b) kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran (c) mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara (multiple path).
Teachers are Responsible for Managing and Monitoring Student Learning mencakup: (a) penggunaan berbagai metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran, (b) menyusun proses pembelajaran dalam berbagai setting kelompok (group setting), kemampuan untuk memberikan ganjaran (reward) atas keberhasilan siswa, (c) menilai kemajuan siswa secara teratur, dan (d) kesadaran akan tujuan utama pembelajaran.
Teachers Think Systematically About Their Practice and Learn from Experience mencakup: (a) Guru secara terus menerus menguji diri untuk memilih keputusan-keputusan terbaik, (b) guru meminta saran dari pihak lain dan melakukan berbagai riset tentang pendidikan untuk meningkatkan praktek pembelajaran.
Teachers are Members of Learning Communities mencakup : (a) guru memberikan kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi dengan kalangan profesional lainnya, (b) guru bekerja sama dengan tua orang siswa, (c) guru dapat menarik keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat.

Secara esensial, ketiga pendapat di atas tidak menunjukkan adanya perbedaan yang prinsipil. Letak perbedaannya hanya pada cara pengelompokkannya. Isi rincian kompetensi pedagodik yang disampaikan oleh Depdiknas, menurut Raka Joni sudah teramu dalam kompetensi profesional. Sementara dari NBPTS tidak mengenal adanya pengelompokan jenis kompetensi, tetapi langsung memaparkan tentang aspek-aspek kemampuan yang seyogyanya dikuasai guru.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.

Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.

C. Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru

Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi, –sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan pemerintah-, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) mengemukakan bahwa “ kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru.” Perlu digarisbawahi bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi sebagaimana telah dipaparkan di atas.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan;

Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru.
1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.
2. Kepala sekolah sebagai manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, –seperti : MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya–, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
3. Kepala sekolah sebagai administrator
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.
4. Kepala sekolah sebagai supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, — tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan–, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.
Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukakan bahwa “ menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka”. Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik
5. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)
Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru ? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kendati demikian menarik untuk dipertimbangkan dari hasil studi yang dilakukan Bambang Budi Wiyono (2000) terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul terungkap bahwa ethos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.
Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (E. Mulyasa, 2003).
6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003)
7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan
Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.

Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

D. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kompetensi guru merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan..
2. Kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
3. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya.
4. Kepala sekolah memiliki peranan yang strategis dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, baik sebagai educator (pendidik), manajer, administrator, supervisor, leader (pemimpin), pencipta iklim kerja maupun sebagai wirausahawan.
5. Seberapa jauh kepala sekolah dapat mengoptimalkan segenap peran yang diembannya, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, dan pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Sumber Bacaan :
Bambang Budi Wiyono. 2000. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Semangat Kerja Guru dalam Melaksanakan Tugas Jabatan di Sekolah Dasar. (abstrak) Ilmu Pendidikan: Jurnal Filsafat, Teori, dan Praktik Kependidikan. Universitas Negeri Malang. (Accessed, 31 Oct 2002).

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Kepala Sekolah TK,SD, SMP, SMA, SMK & SLB, Jakarta : BP. Cipta Karya

———–. 2006. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. http://www.depdiknas.go.id/ inlink. (accessed 9 Feb 2003).

Louise Moqvist. 2003. The Competency Dimension of Leadership: Findings from a Study of Self-Image among Top Managers in the Changing Swedish Public Administration. Centre for Studies of Humans, Technology and Organisation, Linköping University.

Mary E.Dilworth & David G. Imig. Professional Teacher Development and the Reform Agenda. ERIC Digest. 1995. . (Accessed 31 Oct 2002 ).

National Board for Professional Teaching Standards. 2002 . Five Core Propositions. NBPTS HomePage.. (Accessed, 31 Oct 2002).

Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta : Adi Cita.

Sumber : Akhmad Sudrajat (http://www.psb-psma.org/)

11/05/11

Tutor Sebaya

Metode ini dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi/latihan kepada teman-temannya yang belum faham. Metode ini banyak sekali manfaatnya baik dari sisi siswa yang berperan sebagai tutor maupun bagi siswa yang diajarkan.Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan metode ini dengan memberi pengarahan dan lain-lain.

Tutor Sebaya dikenal dengan pembelajaran teman Sebaya atau antar peserta didik, hal ini bisa terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu peserta didik lain yang kurang mampu. Alternatifnya, waktu khusus tiap harinya harus dialokasikan agar peserta didik saling membantu dalam belajar baik satu-satu atau dalam kelompok kecil.

Tutor Sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama.
Tutor Sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari pengalamannya. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperolehnya atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Ketika mereka belajar dengan “Tutor Sebaya”, peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan Tutor Sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab.

Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan dari metode tutor sebaya sementara kekurangan metode ini antara lain :
- tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya.
- Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.

04/05/11

Media Konvensional dalam Pendidikan

Keberhasilan proses pembelajaran, sedikit banyak ditentukan oleh kemampuan guru dalam menyajikan pembelajaran. Penyajian pembelajaran yang monoton, seringkali menjadi penyebab bosan siswa-siswi. Agar penyajian materi pembelajaran dapat dipahami siswa, guru perlu menggunakan teknik dan metode yang bervariasi, disamping itu juga perlu menggunakan alat bantu pembelajaran.


Seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai model pembelajaran, di mana melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal.

Namun, salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Model ini sebenarnya sudah tidak layak lagi kita gunakan sepenuhnya dalam suatu proses pengajaran, dan perlu diubah. Tapi untuk mengubah model pembelajaran ini sangat susah bagi guru, karena guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan menggunakan model pembelajaran lainnya.

Memang, model pembelajaran kovensional ini tidak serta merta kita tinggal, dan guru mesti melakukan model konvensional pada setiap pertemuan, setidak-tidak pada awal proses pembelajaran di lakukan. Atau awal pertama kita memberikan kepada anak didik sebelum kita menggunakan model pembelajaran yang akan kita gunakan. Menurut Djamarah (1996) metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.

Selanjutnya menurut Roestiyah N.K. (1998) cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah Pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak duhulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan atau ceramah. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Bahwa, pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru.

Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran konvensional adalah metode ekspositori. Menurut Ruseffendi (1991) metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar yang biasa (tradisional) kita pakai- pada pengajaran matematika”. Kegiatan selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, kemudian memberi soal-soal latihan, dan siswa disuruh mengerjakannya.Jadi kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru. Subiyanto (1988) menjelaskan bahwa, kelas dengan pembelajaran secara biasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : pembelajaran secara klasikal, para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu.

Guru biasanya mengajar dengan berpedoman pada buku teks atau LKS, dengan mengutamakan metode ceramah dan kadang-kadang tanya jawab. Tes atau evaluasi yang bersifat sumatif dengan maksud untuk mengetahui perkembangan jarang dilakukan. Siswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru, dengan patuh mempelajari urutan yang ditetapkan guru, dan kurang sekali mendapat kesempatan untuk menyatakan pendapat.

Banyak kita temukan di lapangan bahwa selama ini pembelajaran matematika didominasi oleh guru melalui metode ceramah dan ekspositorinya.Disamping itu, menurutnya guru jarang mengajar siswa untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu konsep dan jarang mendorong siswa untuk menggunakan penalaran logis yang lebih tinggi seperti kemampuan membuktikan atau memperlihatkan suatu konsep. Hal senada ditemukan oleh Marpaung (2001) bahwa dalam pembelajaran matematika selama ini siswa hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara (alternatif) sendiri dalam memecahkan masalah.

Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran matematika secara biasa adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara klasikal yang di dalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ekspositori, dan siswa hanya menerima saja apa-apa yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan.

Oleh sebab itulah kiranya diharapkan sangat kepada guru untuk selalu mengikuti berbagai seminar, lokakarya, semiloka, dan diklat, yang dilaksanakan oleh institusi pendidikan, terutama berkenaan dengan proses pengajaran dan pembelajaran. Sehingga kita memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan, dan merubah cara pengajaran dan pembelajaran kita selama ini. Semoga.***

02/05/11

Program Kesiswaan

Berikut ini disajikan program kesiswaan yang dilaksanakan di MTs. Negeri Slawi dalam upaya mencapai tujuan pendidikan madrasah. Program-program tersebut antara lain:
1. Membangun dan mengembangkan kecakapan hidup (Life Skill) yang bersandar pada akhlaqul karimah, yang meliputi:
§ Kecakapan mengenal diri (Personal Skill) melalui penghayatan diri sebagai makhluk Allah SWT.
§ Kecakapan berpikir rasional (Thinking Skill) untuk menggali dan menemukan informasi,
§ mengolah informasi dan mengambil keputusan, sehingga dapat memecahkan masalah secara kreatif dan bijaksana.
§ Kecakapan sosial (Social Skill) melalui penghayatan diri sebagai anggota masyarakat dan warga negara dengan cara membangun demokrasi dalam kelas di lingkungan madrasah.

§ Kecakapan akademik (Academic Skill) dengan cara membangun kemampuan berpikir ilmiah melalui kegiatan, wawancara, observasi dan pelaksanaan penelitian sederhana.
§ Kecakapan vokasional/kejuruan (Vocational Skill) melalui kegiatan pengenalan dan pengembangan teknologi dan keterampilan dasar untuk memberi bekal hidup di masa yang akan datang.

2. Upaya-Upaya Yang Ditempuh Dalam Mencapai Tujuan:

Bagi Siswa:
a. Mengefektifkan dan mengefisiensikan kegiatan pembelajaran.
b. Pemberian penghargaan bagi siswa-siswi berprestasi
c. Bimbingan intensif dalam kegiatan belajar dan kegiatan praktikum, mata pelajaran Agama dan mata pelajaran umum.
d. Pemantauan dan pelaporan secara rutin oleh wali kelas, guru mapel dan guru BK tentang kendala kegiatan belajar dan prestasi siswa-siswi.
e. Memenuhi sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar (KBM) meliputi: perpustakaan, lapangan olah raga, musholla, atal-alat peraga yang dapat menunjang KBM, multi-media, laboratorium IPA, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, ruang keterampilan menjahit dan moving class.


f. Pendalaman materi, melalui kegiatan les untuk mapel: Matematika, IPA, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, dari kelas VII sampai dengan kelas IX
g. Mengintensifkan bimbingan kelas dan bimbingan individu siswa oleh wali kelas dan guru BK, berkoordinasi dengan semua guru mata pelajaran dan orang tua/wali murid, melalui home visit siswa-siswi bermasalah.
h. Mengintensifkan pembinaan siswa-siswi dalam kegiatan Ekstrakurikuler: Marching Band, Pramuka, PKS, PMR/UKS, beladiri, keterampilan
i. komputer, menjahit, BTQ/Qiraah dan berbagai cabang Olah-raga.
j. Mengikut-sertakan siswa-siswi dalam berbagai lomba: olah raga, Pramuka, PMR, PORKAB, POPDA, olimpiade matematika/sains, CCQ, dan karya ilmiah remaja dalam upaya memberikan pengalaman.
k. Mengikut-sertakan siswa-siswi dalam kegiatan keagamaan: Sholat dluhur berjamaah, HAB Depag, Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi, pesantren kilat romadhon, istighosah, Iedul Qurban dan lain sebagainya.
l. Memberikan bea siswa, bebas uang syahriah dan jariyah bagi siswa-siswi berprestasi, dalam upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

Periode 2004 - Sekarang

Periode ini dibagi dalam dua bagian, yaitu periode: Drs. H. Sahruddin Hasibuan, yang dimulai pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2010 dan dilanjutkan dengan Drs. Nur Hamid, yang bertugas mulai 01 Januari 2011.

1. Periode Drs. Sahruddin Hasibuan

Maju Bersama, Tingkatkan Mutu Pendidikan Madrasah, demikianlah motto yang diemban oleh Drs. Sahruddin Hasibuan, mulai tugas di MTs. Negeri Slawi berdasarkan Surat Keputusan Nomor:wk/5.6/Kp.07.6/1144/2004, TMT: 24 April 2004. Pria kelahiran, Pegang Baru, Sumatera Barat pada tanggal: 13 Januari 1959 ini memiliki hoby Catur, Badminton dan Tenis Lapangan.

Di bawah kepemimpinan Drs. Sahruddin Hasibuan dan dengan dukungan penuh dari komita madrasah yang diketuai oleh Bapak H. Mawardi BA, madrasah ini terbilang istimewa dalam menyediakan sarana dan prasarana. Gedung mentereng dengan jumlah ruang kelas mencapai 35 ruang lebih.

Terdiri atas: 27 ruang kelas, 1 laboratotium IPA, 1 laboratotium komputer, 1 ruang keterampilan menjahit (12 buah mesin jahit), 1 ruang moving class untuk kegiatan pembelajaran, 1 mushola tempat praktek ibadah, 1 ruang tenis meja, 1 buah gudang peralatan marching band dan 1 ruang perpustakaan dengan jumlah buku lebih dari 60 ribu buku mata pelajaran dan buku bacaan pendukung lain, sebuah ruang baca bagi siswa yang letaknya terpisah dari perpustakaan.


Lebih istimewa lagi dalam hal penyediaan sarana dan prasarana olah raga bagi siswa-siswi dan guru/karyawan yang terdiri atas: lapangan Tenis, Tenis Meja, Basket dan Lapangan Volley Ball yang berjumlah 5 buah serta sejumlah peralatan atletik (matras, cakram, peluru dan lain sebagainya). Semua itu dilsediakan untuk menunjang prestasi siswa di bidang olah raga.

Kelengkapan sarana olah raga inilah yang membuat MTs. Negeri Slawi selalu dilirik Dinas P dan K, untuk memanfaatkan lapangan Volley Ball yang dimiliki pada setiap penyelenggaraan POPDA.

Kegemarannya berolah-raga menjadikan Drs. Sahruddin Hasibuan berupaya memaksimalkan prestasi cabang olah raga siswa-siswi MTs. Negeri Slawi. Keinginannya untuk berprestasi maksimal disetiap event resmi seperti: POPDA Kabupaten Tegal dan Porseni Pelajar MTs Se Jawa Tengah, diwujudkan dengan pembinaan secara intensif pada cabang olah raga Volly Ball, Badminton dan Tenis Meja. Tidak tanggung-tanggung untuk berlatih Volley Ball, siswa-siswi di bekali 20 buah bola, untuk badminton disediakan 15 raket dan keperluan-keperluan olah raga, termasuk 5 buah raket tenis lapangan disediakan untuk para guru dan karyawan.

Kemampuannya memeneg sumber dana dan sumber daya manusia (SDM) yang ada di madrasah dalam melengkapi sarana belajar, terutama dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran menjadikan MTs. Negeri Slawi pada saat ini memiliki Laboratorium Komputer (21 unit), ruang keterampilan menjahit (12 buah mesin jahit) dan Laboratorium IPA lengkap.

01/05/11

Galeri Foto





























Berikut ini disajikan beberapa foto kegiatan siswa-siswi MTs. Negeri Slawi.