Assalaamu'Alaikum Wr. Wb.

Selamat datang Di MTs. Negeri Slawi Kabupaten Tegal, Menyiapkan generasi muda beriman, berilmu, beramal dan berakhlak.

Ustadz Pilihan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan mumpuni, siap meluangkan waktu untuk membantu siswa-siswinya.

Praktek Mengurus Jenazah

Siswa-siswi dilatih untuk mengurus jenazah, dari memandikan, mengkafani, menyolati dan mengubur jenajah.

Latihan Manasik Haji

Pemahaman keagamaan dilakukan melalui teori dan kegiatan praktikum.

Kegiatan Ekstrakurikuler

Berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler dan keagamaan, untuk menjaga ketahanan phisik dan mental siswa.

Drum Band MTsN Slawi

Drum Band MTs. Negeri Slawi selalu berkiprah dalam setiap perayaan HUT Kemerdekaan RI dan even-even lain.

Pramuka MTsN Slawi

Pramuka MTs. Negeri Slawi membekali para siswa keterampilan sosial dan jiwa patriotisme.

Prestasi Siswa

Memberi kesempatan siswa untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan keterampilan yang dimiliki.

Bording School

Program baru, Bording School akan dibuka pada Tahun Pelajaran 2016/2017.

30/06/11

Telaah Visi, Misi, dan Tujuan KTSP Madrasah

Telaah visi, misi, dan tujuan dalam KTSP madrasah, dapat dilakukan denga cara mengkaji kembali konsep-konsep visi, misi, dan tujuan berikut. Dengan dasar paparan berikut, kita dapat menyimpulkan apakah rumusan visi, misi, dan tujuan itu sudah sesuai apa yang diharapkan, ada kekhasan, dan kesejaran konsep-konsep KTSP itu.

A. Visi
Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi madrasah dan digunakan untuk memandu perumusan misi madrasah. Dengan kata lain, visi adalah pandangan jauh ke depan ke mana madrasah akan dibawa. Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh madrasah agar madrasah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya.
Gambaran masa depan madrasah (visi) tentunya harus didasarkan pada landasan yuridis, yaitu undang-undang pendidikan dan sejumlah peraturan pemerintahnya, khususnya tujuan pendidikan nasional sesuai jenjang dan jenis madrasahnya dan sesuai dengan profil madrasah yang bersangkutan. Dengan kata lain, visi madrasah harus tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional, tetapi sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat yang dilayani. Tujuan pendidikan nasional sama, tetapi profil madrasah khususnya potensi dan kebutuhan masyarakat yang dilayani madrasah tidak selalu sama. Oleh karena itu, dimungkinkan madrasah memiliki visi yang tidak sama dengan madrasah lain, asalkan tidak keluar dari koridor nasional, yaitu tujuan pendidikan nasional.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perumusan visi yang baik. Hal-hal itu di antaranya visi yang baik harus a) menggambarkan kepercayaan-kepercayaan dan kebutuhan, serta harapan stakeholder; b) menggambarkan apa yang diinginkan pada masa yang akan datang; c) spesifik hanya khusus untuk lembaga tertentu; d) mampu memberikan insiprasi, e) jangan mengasumsikan pada sistem yang sama pada saat ini; dan f) terbuka untuk dilakukan pengembangan sesuai dengan organisasi yang ada, metodologi, fasilitas, dan proses pembelajaran (Muhaimin 2009:158).
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam harus memiliki nilai-nilai yang kuat. Nilai-nilai tersebut merupakan sesuatu yang dijadikan bahan untuk membangun kepercayaan-kepercayaan SDM lembaga tersebut. Itulah sebabnya kepercayaan-kepercayaan yang ada di lembaga harus digambarkan dalam visi lembaga. Berkaitan dengan kepercayaan-kepercayaan tersebut, visi lembaga harus meliputi hal-hal berikut.
1. Kepercayaan lembaga harus sesuai dengan visi organisasi dan berbagai pandangan stakeholder.
2. Kepercayaan lembaga harus merupakan statement dari nilai-nilai lembaga.
3. Kepercayaan lembaga merupakan deklarasi dari harapan lembaga terhadap harapan pada produk yang akan dihasilkan.
4. Kepercayaan lembaga harus tepat dan dapat diiplementasikan.
5. Kepercayaan lembaga akan menjadi pedoman dalam melaksanakan berbagai kegiatan.
6. Kepercayaan lembaga merefleksikan ilmu pengetahuan, filosofi, dan semua perbuatan yang dilakukan lembaga.
7. Kepercayaan lembaga merupakan kunci dari perencanaan strategis.
Dengan dimilikinya berbagai kepercayaan bersama di lingkungannya, SDM lembaga akan membantu mempercepat proses pencapaian visi lembaga tersebut. Kepercayaan-kepercayaan lembaga dibangun oleh nilai-nilai bersama yang disepakati dan diinternalisasikan oleh pemimpin lembaga sehingga nilai-nilai yang ada di lembaga perlu juga untuk dirumuskan, sebagaimana merumuskan visi.
Berdasarkan uraian visi di atas, penulis melakukan analisis visi madrasah di atas berdasarkan dua hal.
1. Visi yang dirumuskan MA terlihat telah ada gambaran kepercayaan-kepercayaan. Pada visi itu, kata terwujudnya peserta didik yang berprestasi merupakan kepercayaan dari lembaga bahwa dengan peserta didik berprestasi yang dilandasi dengan ilmu dan amal yang Islami. Pada visi itu telah terdapat kepercauyaan-kepercayaan. Pada visi telah terlihat bahwa lembaga memiliki kepercayaan bahwa pentingnya lembaga untuk mewujudkan siswa yang berprestasi dengan ilmu dan amal yang Islami
Akan tetapi, keseluruhan rumusan visi di atas kurang mencakup gambaran masa masa depan yang ”memberi harapan lebih menjanjikan” (kemadol). Adapun tambahan kata berikutnya menggambarkan hal yang sudah biasa, tidak ada hal baru. Artinya, kata Berguna bagi Nusa, Bangsa, dan Agama itu sudah dengan sendirinya.
Dengan demikian, rumusan visi MA di atas belum sejalan dengan konsep visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi lembaga (MA) dan digunakan untuk memandu perumusan misi MA. Dengan kata lain, visi adalah pandangan jauh ke depan ke mana MA itu akan dibawa belum visioner. Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh MA) agar MA bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya. Walaupun visi itu telah disesuaikan dengan gambaran masa depan lembaga yang telah didasarkan pada landasan yuridis, yaitu undang-undang dan sejumlah peraturan pemerintahnya.
2. Ukuran-ukuran tercapainya visi tersebut masih sangat interpretatif karena masih bersifat kualitatif. Selain itu, ukuran itu lebih tepatnya disebut sebagai sub-subvisi. Artinya, ukuran itu belum menggambarkan tercapainya visi lembaga.
Jika berbagai ukuran-ukuran dalam visi tersebut masih bersifat kualitatif akan diinterpretasikan dengan sangat beragam oleh seluruh komponen lembaga. Bahkan mungkin saja interpretasi yang dilakukan oleh berbagai komponen dalam lembaga tersebut saling bertolak belakang sehingga pada akhirnya program dan prosesnya menjadi saling bertentangan.
Untuk mencegah adanya beragam interpretasi tersebut, visi lembaga harus diterjemahkan dalam berbagai bentuk ukuran kuantitatif. Ukuran-ukuran tersebut merupakan indikator ketercapaian visi (key performance indicators = KPI). Walaupun terdapat beberapa statement visi yang tidak dapat diwakili secara tepat oleh statement yang ada dalam KPI. Hal tersebut dikarenakan luasnya penafsiran pada statement-statement yang memiliki ukuran kualitatif sehingga sering kali tidak mampu diwakili oleh statement-stetement dalam ukuran kuantitatif (lihat Muhaimin 2009:164). Namun demikian, dengan adanya ukuran kuantitatif dalam KPI tersebut seluruh komponen lembaga bersama stakeholder-nya memiliki pemahaman yang sama terhadap apa yang dimaksud dalam visi tersebut sehingga bagi pihak internal (SDM lembaga) dapat dijadikan arah dalam pembuatan berbagai program. Adapun bagi pihak eksternal (stakeholder) dapat digunakan untuk melihat tingkat kelogisan dari lembaga dalam mencapai visi tersebut. Sebagai lembaga pemerintah yang menghasilkan berbagai produk kebijakan dan rpgram yang tidak dapat diukur secara cepat (instan), lembaga harus memberikan janji kepada stakeholder-nya. Janji itulah yang kemudian dinyatakan dalam visi dan indikatornya. Pencapaian visi lembaga merupakan upaya lembaga untuk mengemban amanah dari stakeholder.
Dari KPI tersebut kemudian dapat ditentukan tujuan-tujuan jangka menengah dan sasaran-sasaran jangka pendek. Tujuan dan sasaran lembaga tersebut dikembangkan dari KPI-KPI yang paling penting untuk dicapai atau KPI yang membutuhkan prasyarat dalam pencapaiannya. Berbagai prasyarat itulah yang kemudian dijadikan sasaran-sasaran jangka pendek dan tujuan-tujuan jangka menengah.

Perhatikan contoh visi madrasah berikut!

a. Madrasah yang terletak di kota besar, siswanya berasal dari keluarga mampu berpendidikan tinggi yang memiliki harapan anaknya menjadi orang hebat, lulusannya melanjutkan ke madrasah/sekolah favorit yang lebih tinggi, dapat merumuskan visinya: UNGGUL DALAM BERIBADAH, BERAKHLAQUL KARIMAH, BERPRESTASI, DAN TERAMPIL.

b. Madrasah yang terletak di perkotaan, mayoritas siswanya berasal dari keluarga mampu dan hampir seluruh lulusannya ingin melanjutkan ke madrasah/sekolah yang lebih tinggi, dapat merumuskan visinya: UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMTAQ.

c. Madrasah yang terletak di daerah pedesaan yang umumnya tidak maju dari madrasah/sekolah di perkotaan dan banyak siswanya tidak melanjutkan ke madrasah/sekolah yang lebih tinggi, dapat merumuskan visinya: TERDIDIK DAN TERAMPIL BERDASARKAN IMTAQ.

d. Madrasah yang terletak di daerah pinggiran kota (urban) yang umumnya tingkat kemajuannya menengah dibanding madrasah/sekolah di perkotaan atau pedesaan; masyarakatnya pekerja, lingkungannya abangan, perilaku moral rendah, dan banyak siswanya tidak melanjutkan ke madrasah/sekolah yang lebih tinggi, dapat merumuskan visinya: BERAKHLAQUL KARIMAH DAN TERAMPIL BERDASARKAN IMTAQ.

Keempat visi di atas, sama-sama benar sepanjang masih dalam koridor tujuan pendidikan nasional. Tentu saja, perumusan visi harus disesuaikan dengan tujuan dari setiap jenjang dan jenis madrasah sebagaimana dituliskan dalam peraturan pemerintah.

Visi yang pada umumnya dirumuskan dalam kalimat yang filosofis seperti contoh di atas, seringkali memiliki aneka tafsir. Setiap orang dapat menafsirkan secara berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan perselisihan dalam implementasinya. Bahkan jika terjadi penggantian pimpinan madrasah maka kepala madrasah yang baru tidak jarang memberi tafsir yang berbeda dengan kepala madarsah sebelumnya. Oleh karena itu, agar tidak memberikan tafsir yang berbeda, visi itu sebaiknya diberikan penjelasan berupa indikator-indikator (penanda-penanda) apa yang dimaksudkannya.
Sumber: Drs. Bambang Hartono, M.Hum. pada Workshop Implementasi KTSP, Bandungan, 27-30 Juni 2011)

26/06/11

Program Kerja Humas MTsN Slawi

KONSEP/BENTUK KEGIATAN PROGRAM HUMAS MTs NEGERI SLAWI
A. Latar Belakang
Sebuah perencanaan administrasi kegiatan dalam sebuah organisasi tidak lepas dari penyusunan sebuah program kerja, sebagai acuan atau landasan kerja yang dilaksanakan, Namun sebuah program kurang bisa dipahami secara utuh jika tidak disertai konsep atau bentuk kegiatan yang akan dilakukan. Untuk itu agar semua pihak dapat membaca dengan singkat arah dan quavadis yang ingin dicapai oleh sebuah program, maka perlu disusun sebuah konsep tersendiri.

B. Program PKM Humas.
Diantara program yang perlu dibuatkan konsep adalah ;
1. Pembuatan Web Browser / situs resmi MTs Negeri Slawi.
2. Dana Sosial Siswa (Dansosis) dengan Tema “ JUM’AT BERINFAQ”
3. Gerakan Peduli Anak Asuh (GPAAS) di MTs Negeri Slawi.
4. Kerjasama dengan Dunia Industri Peduli Pendidikan sebagai Sponsor dalam kegiatan sekolah.
5. Lomba membuat slogan bagi guru dan siswa.

C. Tujuan.

1. Pembuatan Web Browser / situs resmi MTs Slawi .
Tujuan :
• Show of force / memperkenalkan MTs Negeri Slawi lewat dunia maya.
• Memudahkan semua pihak dalam mencari informasi tentang MTsN Slawi .
• Marketting school, dan terpenuhinya salah satu media sekolah unggulan berbasis IT.
2. Dana Sosial Siswa (Dansosis) dengan Tema “ JUM’AT BERINFAQ
Tujuan :
• Mengefektifkan kembali media infaq yang sudah ada dan kurang berjalan dengan efektif.
• Menkondisikan Infaq mingguan siswa seefektif mungkin.
• Menyalurkan Dana Infaq siswa dengan program dan sasaran yang pasti dan terarah.
3. Gerakan Peduli Anak Asuh (GPAAS) di MTs Slawi Negeri Slawi
Tujuan :
• Menciptakan gerakan peduli anak asuh sebagai penyaluran dana GNOTA.
• Memberikan wadah bagi guru/karyawan dalam berinfaq/ bersedakah kepada anak tidak mampu, dari zakat profesi tiap bulan.
• Membantu siswa kurang mampu di MTs Negeri Slawi .
4. Kerjasama dengan Dunia Industri Peduli Pendidikan sebagai Sponsor dalam kegiatan sekolah
Tujuan :
• Adanya dukungan sponsor dari Dunia Industri (Dudi) di dalam kegiatan-kegiatan Madrasah.
• Memperkenal MTsN Slawi ke dunia Industri.
• Memberikan wadah/media Dudi peduli pendidikan untuk menyalurkan kegiatannnya.
5. Lomba Membuat slogan bagi guru dan siswa
Tujuan :
• Menciptakan suasa lingkungan sekolah penuh motivasi dan inspirasi.
• Membiasakan guru dan siswa melaksanakan apa yang dibuat.

D. Bentuk Kegiatan dan langkah yang ditempuh

1. Pembuatan Web Browser / situs resmi MTs Slawi .
Langkah pelaksanaan kegiatan:
- Membentuk panitia kecil yang beranggotakan antara lain :
NO JABATAN PANITIA NAMA TUGAS YANG DIBERIKAN
1 Pelindung H.Edi Susmoro, S.E - Memberikan arah/advice
2 Penanggung Jawab Drs. Nur Hamid - Menkoordinasi semua keg.
- Menyipkan data berhubungan dg Humas
3 Ketua Siti Zuhro, S.E - Memimpin terlaksananya keg.
- Menyiapkan data berhub dg ketenagaan
4 Sekretaris Islamuddin Akbar - Memasukkan data dan update data
5 Anggota Taupiq Samsuri, S.E - Menyiapkan data sejarah Madrasah, Visi Misi, dan program sekolah
6 Anggota Drs. A. Sholahuddin - Menyiapkan data berhub. Kurikulum
7 Anggota Dra. Ro’yati - Menyiapkan data berhub Kesiswaan
8 Anggota Drs.Ruslani - Menyiapkan data berhub sarpras.
- Memberikan job diskription kepada masing-masing panitia
- Mengadakan rapat koordinasi dan evaluasi pelaksanaan
RENCANA ISI SITUS
1. Home Page ; Halaman awal (beirisi selayang pandang MTsN Slawi) link to : - Info Umum - Kegiatan siswa, - Kurikulum, - Sarpras, - Ketenagaan, - Humas, - Lain-lain.
2. Web kesiswaan link to : Osis, program kesiswaan, LDKS, Pramuka, Kegiatan Ekskul, Info Wisuda, PSB,dll.
3. Web Kurikulum link to : Program dan struktur Kurikulum, Nilai siswa, Silabus, RPP, dll yang dianggap perlu.
4. Web Sarpras link to ; Program PKM Sarpras, Data sarpras, dan foto-foto sarpras.
5. Web ketenagaan link to : Profil Kepala dan Staff, Profil Guru/karyawan dan job masing-masing.
6. Web Humas link to ; Program humas, Anggota KKM, Anggota Sub Rayon dll.
2. Dana Sosial Siswa (Dansosis) dengan Tema “ JUM’AT BERINFAQ”
Langkah yang di tempuh:
• Koordinasi dengan wali kelas dan ketua kelas, dan mensosialisasikan Dansosis dengan tema Jum’at berinfaq.
• Tiap kelas di sediakan wadah/ kotak plastic kecil bertuliskan Dansosis dan label kelas.
• Hasil kotak kecil di rekap masing-masing kelas. Disediakan buku catatan , dan buku rekap semua kelas.
• Hasil infaq didistribusikan / dialokasikan diatur sbb :
a. Dana santunan kematian warga MTsN Slawi
b. Dana santunan musibah/kecelakaan siswa opname hingga 3 hari di rumah sakit.
c. Dana santunan sosial keluarga siswa yang terkena banjir atau kebakaran.
d. Dana santuan sosial ke masyarakat luas, sesuai kemampuan Dansosis.
e. Kebutuhan Sarana kecil Masjid spt : Sajadah, Al-qur’an, Microphon, Tape, Speaker, jam
f. Sarana kecil kebutuhan siswa Seperti bola, Mic, Megaphon, dll, yang tidak tercover dana Dipa.

3. Gerakan Peduli Anak Asuh (GPAAS) di MTs Negeri Slawi
Langkah yang di tempuh:
• Bekerjasama dengan wali kelas VII,VIII dan IX melakukan pendataan siswa tidak mampu ( anak yatim dan siswa miskin).
• Merekap hasil pendataan masing-masing kelas, diambil prioritas 3-4 siswa tiap kelas,maka diperoleh maksimal 4 x 34 = 136 siswa miskin.
• Jumlah 136 siswa siswa tidak mampu dimintakan alokasi dana sisa GNOTA dari sekolah.
• Follow up selanjutnya 136 siswa tadi dicarikan/ di usulkan kepada semua guru dan karyawan bapak/ibu asuh.
• Setiap orang tua asuh mendapat 1- 2 anak asuh.
• Besar santuan tiap bulan untuk satu anak asuh sebagaimana kesanggupan masing-masing orang tua asuhnya. Direkomendasikan 10.000, atau 20.000, atau lebih.
• Santunan GPAAS dilewatkan Rekening Tabungan Siswa pada tiap bulannya.
• Santunan GPAAS di upayakan untuk kebutuhan sekolah siswa.
4. Kerjasama dengan Dunia Industri Peduli Pendidikan sebagai Sponsor dalam kegiatan sekolah.
Langkah yang ditempuh:
• Koordinasi dengan PKM Kesiswaan dan Panitia kegiatan yang memungkinkan dicarikan sponsor.
• Membuat proposal kegiatan dan mengirimkan kepada pihak sponsor.
• Membuat laporan kegiatan yang telah dilaksanakan.


5. Lomba membuat slogan bagi guru dan siswa
Langkah yang ditempuh:
• Membuat pengumuman kepada semua guru dan siswa.
• Masing-masing guru mengirimkan max 2 kalimat slogan, adapun siswa perwakilan tiap kelas 1 kelas mengirimkan max 5 kalimat slogan.
• Menyeleksi hasil lomba dan diambil 5 juara untuk guru dan 5 juara untuk siswa.
• Sepuluh (10) slogan nominative/juara dibuatkan ditulis / cetak baliho banner dan diberi pigura.
• Masing-masing slogan dipasang di Lingkungan MTsN Gresik ditempat yang mudah dibaca semua pihak.

24/06/11

Implementasi Jigsaw

Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa dalam bekerja membentuk kelompok kecil. Dalam metode ini, masing-masing anggota kelompok ditunjuk sebagai ahli/pakar untuk menjdi kelompok pakar dalam aspek yang telah dibagi. Setelah mendalami materinya dalam kelompok pakar, mereka kembali ke kelompok awaluntuk mendiskusikan materi tersebut dengan kelompoknya.

Dalam metode jigsaw, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang disebut kelompok semula (home teams). Materi diberikan sejumlah anggota tim dan masing-masing individu ditugaskan memilih topik mereka. Kemudian siswa dipisahkan menjadi kelompok pakar (expert groups) yang terdiri dari seluruh siswa di kelas yang mempunyai bagian informaasi yang sama. Di grup pakar, siswa saling membantu mempelajarai materi dan mempeersiapkan diri untuk tim semula. Kemudian siswa kembali ke tim semula untuk mengajarkan materi tersebut ke teman se tim dan berusaha mempelajari sisa materi.

Berikut ini langkah-langkah Jigsaw menjelaskan proses lebih detail:


  1. Membagi siswa ke dalam 5 - atau 6 orang kelompok jigsaw. Kelompok-kelompok harus beragam dalam hal gender, etnis, ras, dan kemampuan.
  2. Menunjuk seorang siswa dari setiap kelompok sebagai pemimpin. Pada awalnya, siswa yang terpilih harus menjadi siswa paling dewasa di dalam kelompok.
  3. Membagi pelajaran hari itu menjadi 5-6 segmen. Sebagai contoh, jika Anda ingin sejarah siswa untuk belajar mengenai Eleanor Roosevelt, anda mungkin membagi biografi singkat dia ke segmen yang berdiri sendiri di: (1) masa kanak-kanak Eleanor Roosevelt , (2) Keluarganya hidup dengan Franklin dan anak-anak mereka, (3) hidupnya setelah menjalin hubungan dengan Franklin polio, (4) Pekerjaannya di Gedung Putih sebagai First Lady, dan (5) Kehidupan dan Karirnya setelah kematian Franklin.
  4. Tugaskan setiap siswa untuk belajar satu segmen, memastikan siswa memiliki akses langsung hanya untuk segmen mereka sendiri.
  5. Memberikan siswa waktu untuk membaca segmen mereka setidaknya dua kali dan paham dengan segemnya sendiri. Dan tidak perlu menghafal setiap detail segmennya.
  6. Komposisi sementara "kelompok ahli", oleh karena satu siswa dari masing-masing kelompok jigsaw bergabung dengan siswa lain yang ditugaskan ke segmen yang sama. Memberikan waktu kepada siswa dalam kelompok ahli ini untuk mendiskusikan poin utama segmen mereka dan untuk berlatih presentasi mereka dihadapan kelompok awalnya (jigsaw group).
  7. Membawa siswa kembali ke kelompok jigsaw mereka.
  8. Mintalah setiap siswa untuk mempresentasikan dirinya dihadapan kelompok awal terhadap segmen yang mereka pelajari dalam kelompok sebelumnya. Mendorong siswa lain dalam kelompok untuk mengajukan pertanyaan klarifikasi.
  9. Guru mengamati proses dari kelompok ke kelompok. Jika setiap kelompok mengalami kesulitan (misalnya, seorang anggota mendominasi atau mengganggu), guru diharuskan untuk membantu membuat intervensi yang tepat. Akhirnya, pemimpin kelompoklah yang terbaik untuk menangani tugas ini. Pemimpin dapat dilatih dengan membisikkan sebuah instruksi tentang bagaimana melakukan intervensi, sampai mendapatkan pemimpin yang menguasainya. Usahakan dalam membantu membuat intervensi, guru hendakanya membawa ketua meninggalkan lingkungan kelompoknya agar tidak terjadi kecanggungan didalam kelompoknnya.
  10. Pada akhir sesi, memberikan kuis pada materi sehingga siswa dengan cepat menyadari bahwa sesi ini bukan hanya kesenangan dan permainan, tapi benar-benar dievaluasi.

Pada tahap awal anda menggunakan teknik ini, Anda mungkin memerlukan latihan beberapa kali hingga penerapan jiqsaw menjadi tepat dan terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Satu dua kali saja tidak akan membuat anda menjadi seorang Ahli dalam Jiqsaw Classrom.

Menjadi Guru Kreatif

Menjadi guru kreatif ternyata tidak mudah. Perlu perjuangan dan pengorbanan. Bahkan mungkin anda akan mengalami sebuah penderitaan dahulu yang akan membawa anda kepada puncak kebahagiaan dan ketenaran. Saya banyak belajar dari Prof. Dr. Arief Rachman, bapak sekaligus guru saya di sekolah Labschool. Beliau adalah tokoh pendidkan dan contoh guru kreatif yang ada di Indonesia. Dari tangan beliaulah lahir tenaga-tenaga pendidik seperti saya yang berusaha keras untuk menjadi guru kreatif.

Guru kreatif tidak pernah puas dengan apa yang ada pada dirinya. Dia terus belajar dan belajar sampai ajal menjemputnya. Baginya, menemukan sesuatu yang baru dalam pembelajaran adalah sesuatu hal yang harus dicari dan kemudian dibagikan kepada teman-teman guru lainnya. Tak mudah memang, tapi disinilah tantangannya bila kita mau terus instropeksi diri dalam pembelajaran yang kita lakukan di sekolah. Berusaha terus-menerus memperbaiki kinerjanya sebagai guru dengan terus melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajarannya.Saya teringat pesan pak Arif bila anda ingin menjadi guru yang kreatif, maka anda harus berhenti untuk menjadi guru pengeluh. Berusahalah semaksimal mungkin memberdayakan apa yang dimiliki sekolah untuk anda gunakan dalam menunjang pembelajaran anda. Bila kemudian anda menemukan alat bantu atau media pembelajaran yang membantu anda menyampaikan materi ke otak siswa dengan cepat, maka harus anda buktikan media itu dengan terlebih dahulu dengan melakukan PTK.

Dengan melakukan PTK anda akan menjadi guru yang kreatif. Di dalam PTK itulah akan anda dapatkan refleksi diri yang anda lakukan melalui siklus-siklus yang anda lakukan sendiri sampai anda merasa yakin bahwa yang anda lakukan telah berhasil. Penelitian kualitatif cenderung berbasis kata, misalnya hasil wawancara, sedangkan penelitian kuantitatif cenderung berbasis angka misalnya skor uji. Anda dapat pelajari hal itu dengan membaca buku Action Research di ruang Kelas karya Vivienne Baumfield, dkk. Buku ini dapat anda dapatkan dengan mudah di toko buku Gramedia atau bisa juga anda pesan langsung ke penerbit Indeks.

Action Research di ruang kelas atau PTK merupakan panduan penting untuk semua guru kreatif yang tertarik melakukan riset di dalam ruang kelas. Penulisnya memberikan gambaran pendekatan yang mudah diikuti sehingga dapat membantu guru meningkatkan praktik profesional mereka dan mengevaluasi kebutuhan murid di sekolah. Terdapat banyak kiat praktis dan contoh proyek riset tindakan nyata dari berbagai tipe sekolah yang menjadikan PTK sebagai buku wajib bagi guru dan mahasiswa keguruan.

Menjadi guru kreatif harus mampu meneliti. Meneliti di kelasnya sendiri sehingga kualitas pembelajarannya semakin berkualitas. Banyak masalah yang bisa anda teliti, banyak masalah yang harus dicari segera solusinya. Melalui PTK anda akan mendapatkan rahasia-rahasia baru dalam khasanah ilmu pendidikan yang dapat anda kembangkan menjadi sesuatu yang berarti dalam kegiatan pembelajaran. Setiap kegiatan yang anda lakukan harus dicatat dan diamati benar bersama teman sejawat sehingga apa yang anda lakukan dalam PTK benar-benar solusi baru dalam pembelajaran di sekolah yang berujung kepada peningkatan mutu pendidikan.

Jangan biarkan diri anda menjadi guru pengeluh dan terus mengeluh karena anda tidak kreatif. Mari ciptakan khasanah ilmu pengetahuan baru dengan menjadi guru kreatif. Kalau bukan kita sendiri yang menjadi guru kreatif, lalu siapa lagi?

Sumber : Menjadi Guru Kreatif, Wijaya Kusumah, http://umum.kompasiana.com/2009/05/27/menjadi-guru-kreatif/

16/06/11

Menetapkan Standar Kinerja Sekolah

Transaksi Kompetensi Akademik
Berdasarkan pengalaman berkunjung ke beberapa sekolah pada tahun 2008-2009, banyak sekolah yang masih keragu-raguan untuk menentukan penjaminan mutu lulusan kepada masyarakat. Contoh, dalam menetapkan mutu akademik dengan indikator nilai UN lebih tinggi daripada standar nasional.

Target mutu akademik lebih tinggi daripada batas minimal nilai UN akan ditafsirkan menjadi kriteria kelulusan sehingga sekolah tidak berani menetapkan target idealnya. Padahal dalam hal ini sekolah setidaknya dapat menetapkan kriteria pencapaian nilai UN menurut beberapa aspek. Pertama batas, patokan, kriteria atau standar kelulusan, nilainya bisa sama dengan standar kelulusan nasional. Kedua, patokan atau standar rata-rata nilai perlolehan. Ketiga, kriteria batas minimum nilai perolehan. Ketiga standar itu dapat berbeda. Misalnya, sekolah menetapkan batas kelulusan 5,25, rata-rata nilai siswa dalam UN 70, target batas terendah pada mata pelajaran matematika 65.

“Batas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) menjadi objek penjaminan. Guru-guru menghadapi beberapa kendala. Pada umumnya kepala sekolah berkehendak menetapkan KKM jauh lebih tinggi daripada batas minimal kelulusan. Asumsinya semakin tinggi batas KKM ditetapkan, semakin bermutu pelayan belajar yang guru laksanakan dan semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Tentu asumsi itu tidak selalu benar. Masalahnya, secara empirik di tiap kelas selalu ada siswa yang tingkat daya serapnya lambat sehingga sulit memperoleh batas nilai yang terlalu tinggi. Contoh, guru menetapkan KKM 75 berdasarkan tingkat intake, kompleksitas materi, dan ketersediaan sumber daya penunjang yang terukur, maka otomatis setiap siswa harus mendapatkan nilai minimal 75 secara empirik dapat terjadi 50% siswa tidak tuntas. Logikanya, semakin tinggi KKM ditetapkan semakin banyak pula siswa yang tidak tuntas. Jika program perbaikan atau remedial tidak mengangkat nilai siswa pada batas yang diharapkan maka situasi ini dapat menjebak guru utuk melakukan mark up. Tidak ada jalan lain sehingga salah-salah pada akhir semester menjadi ajang obral nilai.

Oleh karena itu sebaikya KKM tidak ditetapkan tinggi-tinggi agar guru memiliki kelonggaran memberi nilai dengan rentang yang normal antara 6 sampai 10 untuk nilai rapot. Namun rata-rata nilai dan batas minimal target ideal dapat saja ditetapkan tinggi-tinggi karena dokumen ini cukup menjadi bagian dari transaksi kinerja guru dengan siswa dan kepala sekolah.

Beda Pejaminan Mutu SNP dengan RSBI
Jika sekolah rintisan bertaraf internasional menetapkan penjaminan pada nilai lulusan maka sesungguhnya dari dulu banyak sekolah mampu melahirkan lulusan dengan nilai yang sangat tinggi. Waktu istilah NEM digunakan untuk menyatakan kemurnian hasil ujian siswa, banyak siswa dari Denpasar, Surabaya, Jogjakarta, Bandung, dan Jakarta memperoleh nilai 10 pada matematika sehingga mereka menjadi peraih NEM terbaik di republik ini. Lalu setelah sekolah-sekolah itu menjadi RSBI apa bedanya dengan dulu? Dan, sekarang banyak lulusan bukan sekolah rintisan bertaraf internasional meraih NUN matematika 10, jadi bukan RSBI pun bisa!!!

Pertanyaan itu datang dari orang tua siswa yang bertanya apa yang dapat anak saya dari RSBI? Logikanya with and without RSBI mestinya berbeda. RSBI harus memiliki kriteria nilai lebih. Ketika orang tua siswa itu tahu bahwa siswa RSBI itu mampu menguasai bahasa Inggris dan dapat mendayagunakan internet sebagai alat komunikasi, media belajar, dan bertransaksi. Dia menjawab, wah….pak itu dari dulu bisa siswa peroleh dari tempat kursus bahasa Inggris dan komputer. Bahkan dalam bidang seni anak-anak sudah lebih dulu terintegrasi pada jaringan hiburan dunia, dan mereka berbahasa Inggris.

Bagaimana dengan halnya dengan kompetisi. Menurutnya itu tidak dapat dijadikan standar prestasi RSBI. Pertama karena jumlah ajang kompetisi internasional telalu sedikit sehingga pada tiap tahun akan jauh lebih banyak sekolah yang gagal daripada yang sukses.Kedua, peserta lomba terlalu sedikit sehingga untuk dijadikan sampel dari populasi siswa di satu sekolah terlalu kecil. Lalu, bagaimana kalau kompetisi itu seperti pada olimpiada MIPA mengakumulasikan peristiwa dari mulai tingkat kabupaten/kota, propinsi, nasional dan internasional. Wah Pak, sama saja, karena anak yang pandai itu akan meraih kejuaraan itu dari mulai kabupaten/kota sehingga terlalu banyak anak yang tersisihnya daripada yang menang? Lagi pula, apakah kita menjamin bahwa yang akan menjadi pemenang lomba itu dari RSBI?

Saya pun menjelaskan lebih lanjut, anak Bapak yang lulus RSBI itu akan dapat bersaing masuk perguruan tinggi bertaraf internasional. Dan jawabnya semakin memeras pikiran, katanya, dari dulu juga pak kita dapat melanjutkan ke berbagai perguruan tinggi di mana pun, tanpa melalui RSBI, Pak. Coba Bapak hitung berapa banyak anak-anak kita yang data lulus bahkan dengan predikat cumloude, lihat pengalaman jamannya Pak Habibi menjadi menristek. Sejak dulu banyak anak kita pintar-pintar karena anaknya, pak, jadi sekali lagi apa yang dapat anak saya peroleh “with” RSBI?

Fokus Pada Kompetensi Siswa
Program RSBI adalah bagian dari strategi nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Nilai lebihnya adalah pada kompetensinya dalam beradaptasi dalam persaingan global.

Dengan demikian objek penjaminan itu harus tetap mengacu pada terpenuhinya kriteria seputar : (1) iman dan takwa, (2) ahlak mulai, (3) sehat, (4) berilmu, (5) cakap, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, dan (9) bertanggung jawab. Performa ke-9 aspek penjaminan itu harus terintegrasi pada diri siswa yang tercermin dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya. Oleh karena itu dilihat dari aspek tujuan seharusnya kelebihan RSBI itu ada pada kinerja.

Tujuan Khusus
Meningkatnya kecerdasan lembaga dalam beradaptasi pada persaingan global melalui penerapan standar pada berbagai komponen sistem di bawah ini :
Perolehan nilai akreditasi di atas 95.
1. Pemenuhan standar isi dengan kriteria kebervariasian sumber belajar, keragaman teknologi, dan merujuk pada sumber belajar bertaraf internasional.
2. Menetapkan Standar Kompetensi Lulusan yang setara dengan mutu lulusan dari sekolah unggul dari berbagai negara yang berkeunggulan dalam bidang ekonomi dengan indikator:
o Memperoleh nilai UN dalam mata pelajaran IPA dan Matematika lebih tinggi daripada standar nasional.
o Memiliki daya komunikasi pada komunitas dunia dengan menggunakan bahasa Inggris secara lisan yang ditunjukkan dengan dokumen rekaman hasil belajar.
o Memiliki daya komunikasi pada komunitas dunia dengan menggunakan bahasa Inggris secara tertulis yang ditunjukan dengan dokumen interaksi siswa pada komunitas dunia melalui internet.
o Memperoleh sertifikasi internasional minimal dalam bentuk tes TOEFL dengan hasil minimum 400;
o Bertukar informasi atau bekerja sama dalam berbagai kegiatan dengan komunitas pelajar, komunitas lain, atau dengan lembaga internasional yang terdokumenkan dalam jaringan internet.
o Menggunakan sumber belajar yang setara dengan siswa di sekolah unggul dari berbagai negara berkeunggulan dalam bidang ekonomi dengan menunjukan dokumen pengalaman belajar pada jaringan internet.
o Melanjutkan pendidikan pada satuan pendidikan bertaraf internasional
o Berkompetensi memamerkan keunggulan budaya nasional melalui penguasaan salah satu bentuk kesenian atau keterampilan.
o Meraih medali tingkat lokal, nasoinal, regional, internasional dalam mata pelajaran tertentu.
o Menjadi umat beragama yang taat beribadat.
3. Meningkatnya efektivitas proses pembelajaran melalui: Menggunakan pengantar dwi bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dengan indikator siswa aktif, (bertanya, menjawab, meneliti, menganalisis, membaca, menulis, dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan), inovatif ( menggunakan pengetahuan, keterampilan dan daya kreativitasnya untuk menghasilkan produk baru yang merupakan penyempurnaan dari model yang sudah ada), kreatif ( menggagas pikiran-pikiran baru dari pangalaman belajar yang dilaluinya), menyenangkan sehingga memotivasi siswa untuk memerankan diri sebagai seorang pembelajar dengan menetapkan target belajar berdaya saing internaisonal. Keseluruhan proses mengembangkan proses pembelajaran yang memenuhi kriteria paikem + berbahasa inggris + TIK. Dalam melaksanakan kegiatan mengajar guru menetapkan standar sebagai berikut:
o Mengajar berdasarkan RPP yang telah disahakan kepala sekolah.
o Memiliki daftar nilai
o Memiliki catatan penilaian proses
o Memiliki daftar Absen
o Memiliki agenda guru
o Membawa alat peraga
o Membawa buku sumber
o Memiliki dokumen KKM
4. Meningkatnya daya adaptasi sekolah dalam mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi sebagai berikut:
o Menguasai bahasa Inggris dengan indikator meraih nilai TOEFL di atas 400.
o Menguasai materi pelajaran yang diampunya dengan yang ditunjukan dengan standar nilai uji kompetensi minimal 80.
o Menggunakan referensi sumber belajar yang digunakan guru-guru pada lembaga pendidikan bertaraf internasional.
o Mengembangkan kurikulum, silabus dan RPP dengan memadukan muatan standar nasional serta memadukan dengan konsep belajar satuan pendidikan bermutu dari negara yang berkeunggulan di bidang ekonomi.
o Terampil menggunakan alat peraga berbasis TIK yang ditandai dengan kemampuan menggunakan internet dan alat peraga digital dalam kegiatan pembelajaran.
o Menggunakan internet sebagai media komunikasi.
o Menggunakan internet sebagai media pengelolaan dokumen materi belajar siswa, media pamer hasil belajar, dan media penyimpanan hasil belajar siswa.
o Memiliki blog atau web site sebagai media belajar siswa.
o Berkomunikasi dengan guru-guru sedunia melalui jaringan internet yang dengan bukti fisik catatan kegiatan dalam internet.
o Menggunakan sumber belajar dunia sebagai sumber belajar siswa.
o Berkolaborasi melasanakan pengembangan profesi melalui kegiatan MGMP, Pelatihan, Workshop, Seminar, dan Penelitian Tindakan Kelas.
o Berpartisipasi dalam penelitian tingkat dunia melalui jaringan kerja sama bermedia internet.
o Menjadi pembimbing dan pelatih siswa dalam meraih kejuaraan pada kompetisis tingkat lokal, nasional, dan internasional.
o Menunjukan keteladanan dalam membaca, menulis, berkarya, belajar, bertindak, berinteraksi.
o Menjamin siswa memperoleh nilai minimal ketuntasan di atas standar nasional.
5. Meningkatkan mutu belajar siswa melalui peningkatan standar penilaian dengan indikator sebagai berikut:
o Terwujudnya sistem penilaian untuk mengevaluasi ketercapain standar kompetensi siswa sesuai dengan tujuan.
o Menggunakan kisi-kisi dan perangkat penilaian yang mengacu pada teori sistem penilaian.
o Menggunakan model evaluasi yang digunakan sekolah unggul yang bertaraf internasional.
o Menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi sebagai pendukung efektivitas penilaian.
o Menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam pelaksanaan penilaian.
o Terujinya multi kecerdasan siswa.
o Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
o Mengintegrasikan hasil ulangan dengan hasil penilaian proses, dan nilai tugas/tagihan .
o Adanya standar dalam penentuan jadwal penilaian, pemeriksaan hasil, dan pengumuman hasil penilaian.
o Adanya hasil analisis butir soal untuk menentukan validitas dan tingkat kesulitan soal.
o Hasil penilaian digunakan untuk menentukan program remedial dan pengayaan.
o Target minimal penilaian adalah KKM dan rata-rata target nilai siswa.
6. Pemenuhan standar sarana dan prasarana
o Lingkungan sekolah yang kondusif, aman, bersih, indah, dan nyaman sebagai tempat belajar.
o Memiliki ruang kepala sekolah dengan ukuran luas dan perangkat teknologi bertaraf internasional.
o Memiliki ruang kelas yang sebanding jumlahnya dengan jumlah rombongan belajar.
o Memiliki jaringan internet ke seluruh kelas.
o Ruang kelas dilengkapi AC, komputer dan LCD projector.
o Per siswa per satu meja belajar.
o Memiliki labolatorium IPA, IPS, Komputer, Bahasa dan ruang milti media.
o Memiliki perpustakaan dengan dukungan perpustakaan manual dan virtual.
o Memiliki ruang TU yang dilengkapi dengan SIM sekolah berbasis TIK.
o Memiliki ruang rapat yang dilengkapi dengan perangkat multi media.
o Memiliki ruang server LAN dan arsip sekolah.
o Memiliki ruang pameran karya siswa dan ruang serba guna
o Memiliki ruang masjid
o Memiliki ruang guru yang dilengkapi dengan perangkat multi media
o Memiliki ruang inovasi dan produksi perangkat pembelajaran.
o Memiliki ruang Bimbingan Konseling.
o Memiliki kantin sekolah yang didukung makanan bergizi standar.
o Memiliki perangkat kopetisi cerdas cermat.
o Memiliki web sekolah tempat seluruh komunitas sekolah berkomunikasi.
o Memiliki WC setara denganjumlah ruang kelas
7. Pemenuhan standar pengelolaan
o Memiliki merumusan dan menetapkan visi&misi lembaga yang disosialisasikan
o Miliki tujuan lembaga dengan indikator target pencapaian terukur.
o Memiliki dan melaksanakan rencana kerja jangka menengah (empat tahunan).
o Memiliki dan menerapkan rencana kerja tahunan.
o Menyusun RAPBS dengan tranasparan dan menetapkannya dengan berbagai pihak pemangku kepentingan.
o Merumuskan struktur organisasi dengan jelas uraian tugas
o Memiliki dan melaksanakan program kegiatan kesiswaan.
o Memiliki dan melaksanakan kegiatan pengembangan kurikulum dan pembelajaran
o Memiliki program dan melaksanakan pembinaan profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
o Mengelola administrasi secara berkelanjutan
1. Administrasi persuratan
2. Buku induk kepegawaian
3. Buku induk siswa
4. Buku Klaper
5. Buku Induk siswa
6. Buku Mutasi Siswa
7. Leger dan nilai akademik siswa
o Menyelenggarakan pengelolaan sarana dan prasarana pembelajaran
o Melaksanakan dan mengelola administrasi anggaran
1. Program pengembangan sumber dana
2. RAPBS
3. Buku Tabelaris
4. Buku Catantan Pembantu
5. Laporan Keuangan
o Menciptakan suasana, iklim, dan lingkungan pembelajaran yang kondusif.
o Memiliki program dan melaksanakan pengawasan
o Mempersiapkan akreditasi berkelanjutan
1. Memiliki instrumen akreditasi sekolah
2. Memiliki buktif fisik dalam model kohort hasil akreditasi
3. Memiliki program persiapan pelaksanaan akreditasi
4. Memiliki susunan petugas pengembang kesiapan akreditasi
5. Memiliki tim evaluasi kinerja persiapan akreditasi
o Memiliki program peningkatan kualifikasi pendidikan pendidik dan tenaga kependidikan
o Memiliki sistem informasi manajemen (SIM) untuk mendukung administrasi pendidikan
1. Memiliki site plan bidang teknologi informasi
2. Memiliki program pengembang sumber daya manusia bidang TIK
3. Memiliki program pengembangan hardware
4. Memiliki program pengembangan software
5. Memiliki dokumen evaluasi pelaksanaan program
o Mengembangkan inovasi pembelajaran
o Melakukan evaluasi pencapaian standar pengelolaan
o Mengembangkan sistem pembinaan guru dan siswa berprestasi secara sistematis dan terprogram.

Tips Mengatasi Siswa Bermasalah

Sebaik apa pun anda merancang dan menciptakan lingkungan kelas yang positif perilaku bermasalah pada siswa atau siswa akan muncul. Anda harus menghadapinya dengan cara efektif dan tepat waktu.
Pakar manajemen kelas Carolyn Evertson dan rekannya membedakan antara intervensi minor dan moderasi dalam menangani perilaku bermasalah.

Intervensi Minor
Beberapa masalah hanya membutuhkan intervensi minor atau kecil. Masalah-masalah yang kerap muncul biasanya mengganggu aktifitas belajar di kelas. Misalnya, siswa mungkin ribut sendiri, meninggalkan tempat duduk tanpa ijin, bercanda sendiri, atau memakan permen di kelas. Strategi yang efektif antara lain adalah:

1. Gunakan isyarat non verbal
Jalin kontak mata dengan siswa. Kemudian beri isyarat dengan meletakkan telunjuk jari di bibir anda, menggeleng kepala, atau menggunakan isyarat tangan untuk menghentikan perilaku tersebut.

2. Terus lanjutkan aktifitas belajar
Biasanya terjadi suatu jeda dalam transisi aktifitas dalam kegiatan belajar mengajar, dimana pada jeda tersebut siswa tidak melakukan apa-apa. Pada situasi ini, siswa mungkin akan meninggalkan tempat duduknya, mengobrol, bercanda dan mulai ribut. Strategi yang baik adalah bukan mengkoreksi tindakan mereka tetapi segera melangsungkan aktifitas baru berikutnya.

3. Mendekati siswa
Saat siswa mulai bertindak menyimpang. Anda cukup mendekatinya, maka biasanya dia akan diam.

4. Arahkan perilaku
Jika siswa mengabaikan tugas yang kita perintahkan, ingatkan mereka tentang kewajiban itu. Anda bisa berkata, “Baiklah, ingat, semua anak harus menyelesaikan soal matematika ini.”

5. Beri instruksi yang dibutuhkan
Terkadang siswa melakukan kesalahan kecil saat tidak memahami cara mengerjakan tugas. Untuk mengatasinya anda harus memantau siswa dan memberi petunjuk jika dibutuhkan.

6. Suruh siswa berhenti dengan nada tegas dan langsung
Jalin kotak mata dengan siswa, bersikap asertif, dan suruh siswa menghentikan tindakannya. Buat pernyataan, singkat dan pantau situasi sampai siswa patuh. Strategi ini bisa dilakukan dengan mengkombinasikan strategi mengarahkan perilaku siswa.

7. Beri siswa pilihan
Berilah siswa tanggung jawab dengan memilih dua pilihan, bertindak benar atau menerima konsekuensi negatif. Beri tahu siswa apa tindakan benar itu dan apa konsekuensi bila melanggar.

Intervensi Moderat
Beberapa perilaku yang salah membutuhkan intervensi yang lebih kuat ketimbang yang baru saja dideskripsikan pada intervensi minor di atas, misalnya, ketika siswa menyalahgunakan aktifitasnya, mengganggu, cabut dari kelas, mengganggu pelajaran, atau mengganggu pekerjaan siswa lainnya. Berikut adalah strategi yang bisa dilakukan:

1. Jangan beri privilese atau aktifitas yang mereka inginkan
Bila anda memperbolehkan siswa untuk berkeliling kelas atau mengerjakan tugas dengan siswa lain dan ia malah menyalahgunakan privilese yang anda berikan atau mengganggu pekerjaan temannya, maka anda bisa mencabut privilesenya.

2. Buat perjanjian behavioral
Buatlah perjanjian yang bisa disepakati oleh semua siswa. Perjanjian ini harus merefleksikan masukan dari kedua belah pihak yaitu guru dan siswa. Jika muncul problem dan siswa tetap keras kepala, guru bisa merujuk pada kesepakatan bersama yang telah dibuat.
3. Pisahka
n atau keluarkan siswa dari kelas
Bila siswa bersenda gurau dan bersikap tidak mengindahkan peringatan, anda bisa memisahkan ia dari siswa disekitarnya ataupun mengeluarkannya dari dalam kelas.

4. Kenakan hukuman atau sanksi
Menggunakan hukuman sebaiknya tidak melakukan tindakan kekerasan, tetapi bisa dilakukan dengan memberikan tugas mengerjakan soal atau menulis halaman tambahan.
Daftar Pustaka
Santrock, John, W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencan Prenada Media Group