Assalaamu'Alaikum Wr. Wb.

Selamat datang Di MTs. Negeri Slawi Kabupaten Tegal, Menyiapkan generasi muda beriman, berilmu, beramal dan berakhlak.

Ustadz Pilihan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan mumpuni, siap meluangkan waktu untuk membantu siswa-siswinya.

Praktek Mengurus Jenazah

Siswa-siswi dilatih untuk mengurus jenazah, dari memandikan, mengkafani, menyolati dan mengubur jenajah.

Latihan Manasik Haji

Pemahaman keagamaan dilakukan melalui teori dan kegiatan praktikum.

Kegiatan Ekstrakurikuler

Berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler dan keagamaan, untuk menjaga ketahanan phisik dan mental siswa.

Drum Band MTsN Slawi

Drum Band MTs. Negeri Slawi selalu berkiprah dalam setiap perayaan HUT Kemerdekaan RI dan even-even lain.

Pramuka MTsN Slawi

Pramuka MTs. Negeri Slawi membekali para siswa keterampilan sosial dan jiwa patriotisme.

Prestasi Siswa

Memberi kesempatan siswa untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan keterampilan yang dimiliki.

Bording School

Program baru, Bording School akan dibuka pada Tahun Pelajaran 2016/2017.

15/10/11

Mengenal Pembelajaran Quantum

Quantum Learning (Pembelajaran Kuantum) adalah model pembelajaran yang meng--orkestrasi--kan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Semua unsur yang dapat menopang kesuksesan siswa dalam belajar harus di ramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menerapkan suasana belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. (Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005 : 6). Berbagai kecerdasan majemuk baik kecerdasan linguistik, matematis, logis, spasial, kinetis, jasmani, musikal, interpesonal dan naturalis harus bersinergi dalam meggerakkan belajar siswa.

Karakteristik Pembelajaran Quantum
1) Berpangkal pada psikologi kognitif.
2) Bersifat humanintis manusia selalu pembelajaran menjadi pusat perhatiannya, potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal.
3) Bersifat konstruktivitas, pembelajaran Kuantum bersifat menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal yang memudahkan dalam mencapai keberhasila ujuan pembelajaran. Pembelajaran Kuantum berupaya memadukan, menyinergikan dan mengolaborasikan faktor potensi diri siswa dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
4) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna bukan sekedar transaksi makna. Pembelajaran Kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat ilmiah siswa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajaran.
5) Menekankan ke alamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, sehingga menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, menyenangkan.
6) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mengarahkan dan rancangan belajar dinamis. Isi pembelajaran meliputi suasana yang memberdaya dan rancangan pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
7) Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup dan prestasi fikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlukan dan dikelola secara seimbang.
8) Menginteraksi totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran biasa langsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.

Prinsip Pembelajaran Quantum

1) Prinsip utama
Bawalah dunia mereka (pembelajar) ke dalam dunia kita (pengajar) dan dunia kita (pengajar) ke dalam dunia mereka (pembelajar).

2) Prinsip dasar
a) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara. Dalam pembelajaran Kuantum segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai mulai bahasa tubuh pengajar, pinata ruang sampai sikap guru semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.
b) Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan.
c) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan. Proses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan demikian karena otak manusia yang selanya akan menggerakkan rasa ingin tahu.
d) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada waktu siswa melakukan langkah pembelajaran, mereka patut memperoleh pangkuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka, bahkan sekalipun siswa melakukan kesalahan perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.
e) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan keberhasilannya. (Bobbi De Porter dan Henarchi, 2003 : 7 - 8.
Pembelajaran Kuantum mengingatkan guru pada pentingnya memasuki dunia murid. Guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Belajar dari definisinya adalah kegiatan full-contact. Dengan kata lain, belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia di antaranya pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap, keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian, karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar atau diraih oleh guru. Hal ini akan memudahkan guru membangun jalinan, menyelesaikan bahan pelajaran lebih cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, menjadi dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan.

Lingkungan kelas mempengaruhi kemampuan siswa untuk berfokus dan menyerap informasi. Peningkatan seperti poster ikon akan menampilkan isi pelajaran secara visual, sementara poster afirmasi menguatkan dialog internal siswa. Alat bantu pelajar dapat menghidupkan gagasan abstrak dan mengikutsertakan pelajar kinestetik. Pengaturan bangku mendukung hasil belajar. Geser bangku atau meja agar siswa dapat berfokus pada tugas yang dihadapi. Musik membuka kunci keadaan belajar optimal dan membantu menciptakan asosiasi. Barok adalah musik paling cocok untuk belajar, mengulang, dan saat berkonsentrasi. Gaya lain dapat digunakan pada saat jeda, membuat jurnal, kerja kelompok, dan transisi. Pengorkestrasian unsur-unsur dalam lingkungan Anda sangat berpengaruh pada kemampuan Anda untuk mengajar lebih banyak dengan usaha lebih sedikit. Dalam pembelajaran Kuantum dikenal dengan pendekatan TANDUR, yakni:
T : Tumbuhkan Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah manfaatnya bagiku” (AMBAK) dan manfaatkan kehidupan siswa.
A : Alami Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa.
N : Namai Sediakan kata kunci, konsep, modal, rumus strategi sebagai sebuah masukan.
D : Demonstrasikan Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.
U : Ulangi Tunjukkan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan “Aku tahu bahwa aku memang tahu”.
R : Rayakan Bentuk reward yang harus senantiasa diberikan setiap siswa berhasil dalam pembelajaran (Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005: 10)


03/10/11

Sekilas Lesson Study

Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Tujuan utama Lesson Study yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.

Lesson Study (LS) pada awalnya dimulai dengan pengkajian materi kurikulum (kyouzai kenkyuu) yang berfokus pada pengajaran matematika bagi guru-guru di Jepang. Kajian tersebut mendasarkan diri pada kurikulum matematika di U.S yang dirancang
berbasis temuan-temuan penelitian unggul. Kajian tersebut melahirkan suatu perubahan
paradigma tentang materi kurikulum dari ”memanjakan” menuju pada ”pemberdayaan”
potensi siswa. Paradigma ”memanjakan” mengalami anomali, karena materi kurikulum
sering tidak memperhatikan karakteristik siswa, sehingga substansi materi sering lepas
konteks dan tidak relevan dengan kebutuhan siswa. Akibatnya, siswa kurang tertarik,
pembelajaran menjadi tidak bermakna, siswa sering menyembunyikan ketidakmampuan.
Hal ini terjadi sebagai akibat koreksi dan perhatian guru yang lemah terhadap potensi
mereka. Sementara, paradigma ”pemberdayaan” bertolak dari potensi siswa yang
mampu ”mengada”, sehingga materi kurikulum seyogyanya dikembangkan berbasis
kebutuhan siswa, materi seyogyanya menyediakan model pedagogi yang mampu
menampilkan aspek kemenarikan pembelajaran. Paradigma tersebut dapat berkembang
jika pembelajaran dihasilkan dari kerja tim mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
diskusi, kolaborasi, dan refleksi secara berkesinambungan. Cara seperti ini melahirkan
konsep Lesson Study (LS).
LS merupakan terjemahan dari bahasa Jepang jugyou (instruction =pengajaran, atau lesson = pembelajaran) dan kenkyuu (research = penelitian atau study = kajian). Lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya jugyou kenkyuu, adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang. Perbaikan-perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses-proses kolaborasi antar para guru. Lewis (2002)mendeskripsikan proses-proses tersebut sebagai langkah-langkah kolaborasi dengan guru-guru untuk merencanakan (plan), mengamati (observe), dan melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran (lessons). Lebih lanjut, dia menyatakan, bahwa Lesson study adalah suatu proses yang kompleks, didukung oleh penataan tujuan secara kolaboratif, percermatan dalam pengumpulan data tentang belajar siswa, dan kesepakatan yang memberi peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang sulit. LS pada hakikatnya merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan yang memiliki implikasi praktis dalam pendidikan.

Manfaat Lesson Study
Manfaat yang yang dapat diambil Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study. Lesson Study dapat dilakukan melalui dua tipe yaitu berbasis sekolah dan berbasis MGMP. Lesson Study dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, yang terdiri dari: (1) perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do); refleksi (check); dan tindak lanjut (act).

Tahapan-Tahapan Lesson Study

Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:
1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.
2. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
3. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.
4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa
6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada.
Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study