13/05/10

Lesson Study, Upaya Pengembangan Profesi Guru

Jika menginginkan siswa anda cerdas dan kreatif, Jangan paksa mereka untuk giat belajar. Jangan pula paksakan untuk rajin membaca. Tetapi, andalah yang harus giat belajar. Andalah yang harus banyak membaca. Itulah yang disampaikan Muchlas Yusak, dalam acara seminar dan loka karya “Mencari Solusi Peningkatan Mutu Pendidikan Berkelanjutan” yang diselenggarakan penerbit Tiga Serangkai di Hotel Plaza Tegal, Sabtu: 22 Maret 2008.

Giat belajar dan rajin membaca memang senjata ampuh yang dilontarkan guru kepada siswa-siswi yang bermasalah dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang tidak dapat mengerjakan soal atau siswa yang tidak bisa menjawab ketika ditanya, sering kali divonis tidak belajar atau kurang banyak membaca. Mereka sering dipersalahkan, meskipun dengan perlakuan yang berbeda. Sementara teknik, metode dan pendekatan pembelajaran yang digunakan, sering luput dari pengamatan.

Meskipun upaya peningkatan mutu telah banyak dilakukan; bermacam-macam teknik, metode dan pendeketan pembelajaran telah banyak ditawarkan. Semua itu tetap belum mampu mendongkrak mutu pendidikan negara kita. Mengapa demikian? Untuk menjawab pertanyaan ini, Stigler dan Hiebert (1999: 115-150, dalam Muchlas Yusak) mengusulkan Lesson Study sebagai suatu bentuk pengembangan profesi guru yang dapat membantu dalam memperbaiki/meningkatkan mutu praktek pembelajaran di kelas (classroom practices).

Mangapa Lesson Study?
Lesson study adalah suatu bentuk pengembangan profesi (professional develompent) guru dalam upaya memperbaiki praktek pembelajaran di kelas. Lesson study dirancang agar dunia pendidikan dapat memberi arah yang jelas bagi upaya-upaya peningkatan mutu pembelajaran.

Peningkatan mutu pendidikan yang tak kunjung tiba menurut Stigler dan Hiebert, terjadi karena kurangnya guru kita mengerti akan hakikat pembelajaran. Menurut hasil kajian video TIMSS (dalam Muchlas): mengajar merupakan kegiatan budaya, yang akuisisinya terjadi melalui proses pengamatan dan partisipasi dalam budaya tempat kita berada dan terjadi dalam rentang waktu yang lama.

Bukti bahwa mengajar merupakan kegiatan budaya diantaranya: bahwa anak-anak yang belum bersekolah pun bisa bermain sekolah-sekolahan. Dan pada saat anak mulai sekolah, sejak hari pertama di sekolah mereka bisa mengamati pembelajaran yang dilakukan gurunya dan terlibat dalam kehidupan kelas. Hal ini secara tidak langsung membentuk ‘mental picture’ yang dengan berjalannya waktu akan semakin kuat berakar dalam kehidupan anak yang diantaranya akan menjadi guru seperti kita. Proses inilah yang terjadi pada diri kita selama menuntut ilmu di bangku sekolah sampai ke perguruan tinggi. Tentu saja ‘mental picture’ mengenai mengajar itulah yang mendarah-daging dan membudaya pada diri kita yang akhirnya secara subconscious (bawah sadar) beroprasi dalam kegiatan mengajar kita.

Mental picture yang telah mendarah-daging ini sulit untuk diubah, karena kegiatan-kegiatan budaya bersifat stabil terhadap perjalanan waktu. Jika kita ingin memperbaiki pembelajaran, maka aspek sistem dan aspek budaya yang ada harus kita kenali dan digarap lebih dahulu. Jadi bukan siswanya yang selalu ditekan untuk giat belajar atau rajin membaca, tetapi gurunyalah yang harus banyak belajar: bagaimana cara mengajar yang efektif dan efisien, bagaimana mengelola kelas dengan baik, bagaimana menangani anak bermasalah dengan cerdas dan bagaimana cara mengevaluasi hasil belajar yang obyektif. Semua itu yang harus kita pelajari dan kita kuasai. Kemudian, ciptakan ‘mental picture’ yang baik pada diri siswa-siswi bahwa kita pun masih harus giat belajar dan masih harus rajin membaca buku, memiliki kreativitas, berlaku santun dan hormat kepada sesama, mau bertanya dan menjawab pertanyaan, rajin dan tekun beribadah, berlaku jujur, terbuka, adil dan lain sebagainya. Semua itu akan memberikan contoh baik bagi siswa-siswi, sehingga secara bawah sadar siswa-siswi akan mengikuti pola kita.

Implementasi Lesson Study
Lesson study adalah bentuk pengembangan profesi guru secara kolektif dan memberi fokus secara total pada peningkatan pembelajaran di kelas yang bermuara pada kegiatan inti berupa research lesson. Research lesson adalah kegiatan pembelajaran yang disiapkan bersama oleh guru mata pelajaran di suatu sekolah (beberapa sekolah) secara cermat dan detail lewat pertemuan mingguan atau bulanan dan dilaksanakan oleh salah satu anggota lesson study di kelasnya sendiri. Sementara anggota team lesson study yang lain bertugas sebagai pengamat proses belajar siswa selama pembelajaran.

Bukan cara mengajar guru yang diamati, tetapi bagaimana cara siswa belajar, bagaimana minat dan motivasi belajar siswa, bagaimana proses berpikir siswa, antausiasme siswa dalam belajar, perilaku sosial siswa dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam kegiatan belajar dan lain sebagainya yang harus diamati dan digali secara bersama untuk dapat diperbaiki.

Selanjutnya, agar lesson study dapat terlaksana dengan baik dan memberikan manfaat dalam perbaikan praktek pembelajaran di kelas, beberapa hal harus dilakukan: Pertama, membentuk kelompok lesson study yang anggotanya berasal dari guru mapel sejenis di sekolah atau dalam KKG/MGMP. Kedua, anggota lesson study secara bersama-sama bermusyawarah menentukan materi pembelajaran dan menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam research lesson. Ketiga, secara bersama-sama bermusyawarah menyusun perangkat-perangkat yang dibutuhkan dalam pengamatan, misal: angket/lembar observasi, lembar check list, dan lain sebagainya. Hal ini akan membantu dan memudahkan guru/team lesson study dalam melakukan pengamatan proses belajar siswa. Keempat, bersama-sama mendiskusikan hasil temuan-temuan di lapangan (pengamatan di kelas) secara reguler dan berkelanjutan dengan anggota kelompoknya. Dari diskusi kelompok inilah diharapkan akan dapat ditemukan teknik dan metode penyampaian materi pembelajaran yang dapat memotifasi siswa. Sehingga praktek pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas, dapat tercapai secara optimal. Dan yang lebih penting lagi adalah kebersamaan diantara warga sekolah (siswa, guru, pegawai, kepala sekolah, dan stake holder lain) dalam membangun ‘mental picture’ siswa. Artinya, harus ada keselarasan, keseimbangan dan keharmonisan dalam melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sekolah, terutama dalam upaya membentuk watak dan kepribadian siswa.

Akhirnya, keberhasilan pelaksanaan lesson study sebagai ajang pengembangan profesi guru akan memberikan dampak positif bagi peningkatan mutu pendidikan atau tidak, terpulang kepada pemahaman kita semua. Apakah pemahaman ini akan ditindak-lanjuti dengan langkah-langkah konkrit, ataukah hanya sekedar sebuah teori yang harus kita ketahui sementara kita sudah terasa nyaman dengan status quo, seperti praktek pembelajaran yang biasa kita lakukan?.

0 komentar:

Posting Komentar