01/05/10

Tata Tulis Buku Pelajaran

Istilah buku pelajaran sepadan dengan istilah texbook (bahasa Inggris). Buku pelajaran ialah buku yang digunakan sebagai sarana belajar di sekolah untuk menunjang program pelajaran. Buku pelajaran diperuntukkan bagi siswa.

A. Hakikat Buku Pelajaran
Buku pelajaran itu tidak habis sekali pakai, yaitu tidak menjadi barang beklas setelah dipelajari. Buku pelajaran dapat dipakai berulang-ulang, baik bagi siswa yang sama maupun oleh siswa yang berbeda. Karena penggunaannya yang demikian, kepada buku pelajaran itu ada yang memasukkan ciri berkulit tebal, yaitu dijilid dengan kuat. Dengan demikian, buku pelajaran dibedakan dari bnuku penunjang, seperti buku kerja siswa, berkas tugas sertya soal yang habus pakai.
Buku pelajaran menyediakan materi yang tersusun untuk keperluan pembelajaran siswa. Peristiwa pembelajaran terjadi dalam kegiatan interaksi dan komunikasi antara guru yang mengajar dengan siswa yang belajar di ruang kelas. Dalam kegiatan tersebut digunakan bahan untuk dipelajari oleh siswa, yaitu diindra, dipikirkan, dirasakan, diimajinasikan, dan dilakukan. Buku pelajaran menyediakan bahan yang sudah dipersiapkan, dipilih, dan ditentukan cakupan dan urutannya sehingga memberikan kemudahan bagi siswa.
Dipandang dari proses pembelajaran, buku pelajaran itu memiliki peran penting. Jika tujuan tujuan pembelajaran adalah untuk menjadikan siswamemiliki berbagai kompetensi, untuk mencapai tujuan tertentu, siswa perlu menempuh pengalaman dan latihan serta mencari informasi. Alat yang efektif untuk itu adalah buku pelajaran sebab pengalaman dan latihan yang perlu ditempuh dan infornasi yang perlu dicari dan cara menempuh dan mencarinya, disajikan dalam buku pelajaran secara terprogram.
Manfaat buku pelajaran tidak hanya bagi siswa, tetapi guru pun terbantu. Memang buku pelajaran diperuntukka siswa. Akan tetapi, guru pada waktu mengajar mempertimbangkan juga apa yang tersaji dalam buku pelajaran. Guru, tentulah, memiliki kebebasab memilih, mengembangkan, dan menyajikan materi. Ia memiliki pengetahuan tentang struktur keilmuan bekenaan dengan materi yang akan diajarkannya. Ia pun memiliki keterampilan dalam mengolah dan menyajikan materi tersebut Cara penyajian dalam buku pelajaran dapat dijadikan sebagai contoh pada menyajikan bahan dalam kegiatan pembelajaran siswanya. Untuk memperkaya bahan pembelajaran, guru diharapkan menggunakan sumber-sumber lain. Begitu pula ia diharapkan menemukan berbagai teknik mengajar yang cocok dengan situasi kelasnya,
Mengingat penggunaannya dalam kegiatan belajar, buku pelajaran perlu disusun dengan cara yang dapat memenuhi keperluan belajar tersebut. Isinya benar dari segi keilmuan, disusun secara sistematis, mengandung informasi yang kaya, lengkap, dan relevan dengan tujuan pelajaran tersebut. Di samping itu juga mempunyai kesinambungan, kesaksamaan, keteraturan, dan kesinambungan.
Mutu bukupelajaran tergantung pada kegunaannya untuk keperluan belajar siswa. Makin banyak keperluan yang dapat dilayani, semakin baik. Misalnya, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri; untuk melakukan pendalaman, untuk; untuk mengadakan pemeriksaan lagi dalam mengingat sesuatu; untuk mencatat hal-hal yang penting bagi keperluan lain, dan untuk menyaksikan gambar, diagram, grafik, tabulasi.
Buku pelajaran mempunyai hubungan dengan kurikulum, tetapi hubungan itu tidak kaku. Kurikulum masih perlu penafsiran, penjelasan, perincian, pelengkapan, pengayaan, dan pemaduan terhadap kompetensi, hasil belajar, indikator,dan materi pokok. Dalam persiapan menulis buku, penulis perlu menyusun silabusdan metode pembelajara, dan mempersiapkan bahan-bahan dan cara penyajiannya karena hal itu tidak dicanpumkan dalam kurikulum.
Mengingat keadaan kurikulum sekarang yang tidak ketat menentukan segala sesuatu, makin besarlah tanggung jawab penulis buku pelajaran untuk mengembangkan kurikulum itu. Para penulis perlu memahami benar landasan-landasan yang digunakan dalam penyusunan kurikulum dan ke mana arahnya, agar penafsiran dan pengembangan yang dilakukan benar dan tepat dari berbagai segi.

B. Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa dab Sastra Indonesia
Dalam menyusun buku pelajaran suatu mata pelajaran perlu diketahui landasan-landasannya. Khusus untuk buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, harus berlandaskan : (1) keilmuan bahasa dan sastra, (2) ilmu pendidikan dan keguruan, dan (3) keterbacaan materi dan bahasa yang digunakan.

1. Landasan Keilmuan Bahasa dan Sastra
Dalam pembelajaranbahasa dikehendaki terjadinya kegiatan berbahasa. Jadi, berbagai unsur bahasa, seperti kosakata, bentuk serta makna kata, bentuk serta makna kalimat, bunyi bahasa, dan ejaan, tidaklah diajarkan secara berdiri sendiri, melainkan dijelaskan, di mana perlu, dalam kegiatan berbahasa. Kegiatan berbahasa mencakup kegiatan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.
Kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis itu digunakan dalam berkomunikasi, yaitu oleh seseorang dalam berhubungan, berkomunikasi satu dengan lainnya. Bahasa dalam berkomunikasi digunakan untuk bertukar pikiran, mengemukakan perasaan, pendapat, imajinasi, dan sebagainya sehingga terjadi kegiatan sambut-menyambut.
Kegiatan berbahasa itu serempak dilakukan dalam kegiatan lain, baik kegiatan jasmani maupun rohani. Kegiatan berbahasa dilakukan serempak degan kegiatan menggunakan tangan, kaki, kepala, pancaindra, dan seagainya. Kegiatan berbahasa pun dilakukan serempak dengan kegiatan merasa, berpikir, berimajinasi, dan sebagainya.
Kegiatan berbahasa dan kegiatan berbuat itu terjadi dalam konteks, berupa tempat, waktu, dan suasana. Di dalamnya terdapat tanah, air, udara, cahaya, tumbuhan, binatang, manusia dengan masyarakat dan budayanya.
Pembelajaran bahasa hendaknya memperhatikan penggunaan bahasa sesuai dengan hakikat penggunanya seperti digambarkan di muka. Ada pun prinsip-prinsip yang dapat ditarikberdasarkan pandangan tersebut adalah sebagai berikut ini.
a) Prinsip Kebermaknaan
Prinsip ini menekankan pada pemenuhan dorongan bagi siswa untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, perasaan, dan informasi kepada orang lain, baik secara lisan maupun tertulis.

b) Prinsip Keotentikan
Prinsip ini menekankan pada pemilihan dan pengembangan materi pelatihan berbahasa, yaitu:
(1) berupa teks atau wacana tulis maupun lisan,
(2) banyak memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan kemahiran fungsi berbahasanya,
(3) menekankan fungsi komunikasi bahasa, yakni menekankan pada proses belajar mengajar,
(4) memenuhi kebutuhan berbahasa siswa,
(5) berisi petunjuk, pelatihan, dan tugas-tugas dengan memanfaatkan media cetak atau elektronik seoptimal mungkin,
(6) didasarkan atas hasil analisis kebutuhan berbahasa siswa,
(7) mengandung pemakaian unsur bahasa yang bersifat selektif dan fungsional, dan
(8) mendukung terbentuknya performansi komunikatif siswa yang andal.
c) Prinsip Keterpaduan
Penataan bahasa dan sastra dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
(1) mempertahankan keutuhan bahan,
(2) menuntut siswa untuk mengejakan atau mempelajarinya secara bertahap, dan
(3) secara fungsiaonal, yakni bagian yang satu bergantung kepada bagian yang lain dalam jalinan yang padu dan harmonis menuju kebermaknaan yang maksimal.
d) Prinsip Keberfungsian
Prinsip keberfungsian ada pada pemilihan metode dan teknik pembelajaran. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bagian ini adalah :
(1) memberi kesempata kepada siswa untuk mengambil bagian dalam peristiwa berbahasa yang seluas-luasnya,
(2) memberikan kepada siswa informasi, praktik, latihan, dan pengalamanberbahasa yabg sesuai dengan kebutuhan berbahasa siswa,
(3) mengarahkan siswa kepada p[enggunaan bahasa, bukan pengeasaan pengetahuan bahasa,
(4) bila dimungkinkan untuk meanfaatkan berbagai ragam bahasa dalam tindak/peristiwa berbahasa yang terjadi,
(5) diarahkan untuk mengembangkan kemahioran berbahasanya, serta
(6) mendorong kemampuan berpikir/bernalar dan kreativitas siswa.
e) Prinsip Performasi Komunikatif
Pengalaman belajar adalah segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya peristiwa belajar. Hal ini bisa berupa kegiatan berbahasa, mengamati, berlatih atau bahkan merenung. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pengalaman belajkar ialah mendukung terbentuknya performansi komunikatif siswa yang andal; sesuai dengan bahan pembelajaran; bermakna bagi pengembangan potensi dan kemahiran berbahasa siswa; sesuai dengan tuntutan didaktik metodik yang mutakhir; disajikan secara berkelanjutandan berkaitan dengan pengalaman-pengalaman belajar berbahasa yang lain secara terpadu.
f) Prinsip Kebertautan (Kontekstual)
Agar diperoleh hasil yang optimal, pembelajaran bahasa dengan menggunakan pendekatan komunikatif menuntut penggunaan media dan sumber belajar. Penggunaan media dan sumber belajar diusahakan dapat memberikan pengalaman langsung bagi soiswa untuk belajar berbahasa (reseptif maupun produktif, lisan maupun tulis); berupa fakta berbahasa (rekaman peristiwa berbahasa) atau peristiwa aktual. Bahan tersebut dapat dicari siswa atau diadakan guru sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan berbahasa siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Materi setiap sajian berguna atau dapat memanfaatkan setiap saat di sekitarnya sesuai dengan tuntutan kegiatan berbahasa yang mungkin dihadapi di masyarakat, bervariasi dan menantang; bermakna bagi pengembangan performasi komunikatif siswa secara optimal.
g) Prinsip Penilaian
Pembelajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif menuntut penggunaan penilaian yang dapat mengukursecara langsung kemahiran berbahasa siswa secara menyeluruh dan terpadu. Penuilaiannya juga yang dapat mendorong siswa agar aktif berlatih berbahasa secara tulis, lisan, baik produktif maupun reseptif, yang menghasilkan wacana tulis/lisan.

2. Landasan Ilmu Pendidikan dan Keguruan
Pemilihan bahan, penentuan luas cakupan dan urutannya dalam pembelajaran dipertimbangkan berdasarkan kaidah-kaidahpendidikan dan keguruan. Hal itu dipertimbangkan dari segi perkembangan diri siswa, sedangkan penyajiannya dipilih metode dan teknik yang cocok dengan materi pelajaran maupun keadaan siswa.
Siswa SMP dan SMA dilihat dari sisi usia berkisar antara 12 – 15 tahun dan 15 – 17 tahun. Kelompok usia ini tergolong ke dalam masa adolescene pada usia memesuki tahap formal operations (Piaget, 1997). Pada tahap ini anak mulai mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang dapat diselesaikan melalui operasi logis. Hal ini ditandai dengan kemampuan anak lebih baik dalam mengorganisasikan data, membuat alasan-alasan ilmiah, serta merumuskan hipotesis. Anak juga mampu berpikir dalam jangkauan yang lebih jauh. Kalau pada tahap perkembangan sebelumnya anak hanya mampu melihat hubungan antara bilangan dengan benda-benda konkret, dan pada tahap perkembangan berikutnya anak mampu berpikir tentang hubungan dengan khayalan abstrak dan membuat pernyataan verbal serta dalil-dalil. Mereka sering melibatkan diri dalam diskusi-diskusi filsafat, agama, dan moral. Salah satu contohnya dapat dilihat dari penggunaan kata dan kalimat dari siswa tersebut.

3. Landasan Keterbacaan Materi dan Bahasa yang Digunakan
Bagaimana materi itu harus diolah agar memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahaminya. Panjang dan susunan kata, frase, kalimat, dan wacana, yang bagaimana yang tidak menyulitkan siswa. Begitu pula makna kata, frase, dan kalimat, harus diketahui mana yang memudahkan dan mana yang menyulitkan siswa. Buku pelajaran yang memberi kemudahan kepada siswa disebut sebagai mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi. Sebaliknya ,buku pelajaran yan menimbulkan kesulitan siswa disebut sebagai buku pelajaran yang mempunyai tingkat keterbacaan rendah.

C. Komponen-komponen Buku Pelajaran
Di dalam buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdapat beberapa komponen, sebagai berikut ini.
(1) pendahuluan berupa tujuan instriksional, dan sebagainya;
(2) uraian berupa penggunaan istilah/konsep, ciri-ciri, klasifikasi, rincian, rumus, contoh, penilaian, dan manfaat;
(3) bentuk visual berupa tabel, format,bagan, peta, potret, serta gambar;
(4) petunjuk praktik;
(5) latihan, pertanyaan, dan tugas; serta
(6) rangkuman.
Pengelompokan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 bukan menggambarkan suatu urutan yang sistematis.

D. Pemilihan Materi
Materi buku merupakan bahan pelajaran yang disajikan di dalam buku pelajaran. Untuk memilih materi yang tepat perlu memperhatikan ukuran standar berikut ini.
(a) Pilihlah materti standar yang sesuai dengan kurikulum.
(b) Relevansi materi ditinjau dari segi tujuan pendidikan.
(c) Relevansi materi dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
(d) Kesesuaian materi pokok dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.

E. Penyajian Materi
Penyajian adalah cara menyajikan materi pelajaran di dalam buku pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, mulai dari materi, tahapa, penataan, pembelajaran di klas, kebutuhan serta minat siswa, dan kepentingan komunikasi. Unsur yang terdapat di dalamnya adalah: (a) tujuan pembelajaran, (b) penahapan pembelajaran, (c) menarik minat dan perhatian siswa, (d) kemudahan dipahami, (e) keaktifan siswa, (f) hubungan bahan, (g) norma, dan (h) latihan dan soal.

F. Penggunaan Bahasa dan Keterbacaan
Dalam buku pelajaran hendaknya memperhatikan penggunaan bahasa dan keterbacaan sebagai berikut ini.
(a) Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta memperhatikan ragam formal.
(b) Penggunaan bahasa yang dapat meningkatkan daya nalar dan daya cipta siswa
(c) Penggunaan struktur kalimatyang sesuai dengan tingkat penguasaan dan perkembangan kognisi siswa.
(d) Penggunaan paragraf yang efektif.
(e) Materi dan ilustrasi atau foto nyata yang sesuai dengan wacana sajian.

Sebagai tahap akhir penulisan buku pelajaran, jangan lupa menuliskan daftar pustaka. Selamat berkarya !

0 komentar:

Posting Komentar