24/06/10

Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran dengan menggunakan tema berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta menambah semangat karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata dan bermakna serta dikenal oleh anak.

Pemilihan dalam pembelajaran tema bertujuan agar supaya anak dapat:
1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu;
2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama;
3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi anak;
5. Lebih bergairah belajar, karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi yang nyata seperti: bertanya, bercerita, menulis, sekaligus mempelajari mata pelajaran yang lain;
6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;
7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan bahkan lebih dan/atau pengayaan;
8. Budi pekerti dan moral anak dapat ditumbuhkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut :
1. Berpusat pada anak;
2. Memberikan pengalaman langsung pada anak;
3. Pemisahan antara bidang studi/mata pelajaran dalam tidak begitu jelas;
4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi/mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran;
5. Bersifat luwes;
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Kekuatan Tema Dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran terpadu memiliki kekuatan antara lain:
1. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak;
2. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak;
3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna;
4. Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
5. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama;
6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan oranglain artinya respek terhadap gagasan orang lain.
7. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak.

Peran Tema Dalam Proses pembelajaran
Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus, dengan membuat pembelajaran tematik, yaitu terpadu antara kelompok mata pelajaran Agama (Akhlak Mulia/Budi Pekerti/Tata krama), Pendidikan Kewarganegaraan dan Kepribadian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang terdiri dari: (Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam), Estetika (Seni Budaya – Keterampilan), dan Jasmani dan Olah Raga dan kesehatan.
Khusus untuk mata pelajaran agama, tidak diberikan contoh perpaduan dalam tematik, dikarenakan di Indonesia ada beberapa agama yang diakui (Islam, Katolik dan Protestan, Hindu dan Budha), maka harapan penulis agar sekolah menyesuaikan dengan karakteristik keagamaannya masing-masing. Dan khusus untuk mata pelajaran agama ini disarankan agar guru kelas dapat berkoordinasi dengan guru agama dan juga guru olah raga untuk bersama-sama membuat kesepakatan mana-mana indikator yang akan dibelajarkan bersama-sama dalam naungan tema dan mana yang akan dibelajarkan oleh guru agama dan guru olah raga.

Penyepakatan ini mengacu pada bobot penyajian sebagaimana yang tertuang di dalam ketentuan Kerangka Dasar Kurikulum yang disebutkan: 15% untuk Agama, 50% untuk Calistung (baca, tulis dan hitung), 35% untuk Pendidikan Kewarganegaraan dan Kepribadian, Iptek (Bahasa, IPA, IPS dan Matematika), Estetika, Olah Raga dan Kesehatan

Alokasi waktu yang disediakan total adalah 26 jam pelajaran perminggu untuk kelas 1, 27 jam pelajaran perminggu untuk kelas 2 dan 28 jam pelajaran perminggu untuk kelas 3. sedangkan jumlah minggu efektif tersedia antara 34 – 40 minggu. Dan untuk kepentingan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator misalnya ditetapkan 36 minggu efektif dalam satu tahun, sehingga masing-masing semester tersedia 18 minggu.
Pembelajaran tematik bagi siswa kelas 1, 2, dan 3 ini tidak dikenal adanya jadwal pelajaran. Karena pembelajarannya harus dilakukan oleh guru kelas yang menyajikan secara terpadu dalam naungan sebuah tema. Jadi jadwal penyajiannya adalah pelajaran tema yang memuat beberapa mata pelajaran sekaligus. Apabila terdapat kompetensi dasar dan indikator yang dibuat ternyata diketahui tidak dapat dipadukan dalam sebuah tema, maka khusus indikator-indikator tersebut perlu dibuatkan tema tersendiri agar dapat mencapai ketuntasan kompetensi dasar.

Prinsip Pemilihan Tema
Pembelajaran terpadu yang diikat dengan sebuah tema tertentu disebut juga sebagai pembelajaran tematik. Dalam penyusunannya guru perlu melihat semua kurikulum dan silabus dari semua mata pelajaran untuk menemukan dan menentukan tema dan atau topik yang bisa dikaitkan atau dipadukan.

Penentuan tema atau topik yang dipilih diharapkan melibatkan siswa dalam tugas-tugas yang terkait dengan sesuatu yang menjadi bagian dalam kehidupan siswa.
Pemilihan dan penentuan tema atau topik yang merupakan pemersatu mata pelajaran, dan dengan adanya tema tersebut tidak dikehendaki bahwa mata pelajaran tidak dapat dibahas. Apapun tema yang akan dimunculkan seyogyanya tidak menghalangi masuknya indikator dari kompetensi dasar dari sebuah mata pelajaran yang akan dibahas.

Oleh karena itu perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Tema tidak terlalu luas, namun dapat dengan mudah dipergunakan untuk memadukan banyaknya mata pelajaran
b. Tema bermakna, artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
c. Tema harus sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis anak
d. Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak di sekolah/kelas
e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar
f. Mempertimbangkan kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat terhadap hasil belajar siswa.
g. Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

Setelah guru memiliki tema, langkah berikutnya adalah membuat jaringan Kompetensi Dasar (KD) dan indikator. Semua KD dan indikator yang telah dibuat dari semua mata pelajaran (Agama, Bahasa Indonesia,, Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Estetika/Seni – Budaya dan Olah Raga – Jasmani dan Kesehatan) ditulis dalam jaringan.

Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Tematik
Model pembalajaran dengan pendekatan tematik khususnya siswa kelas 1, 2 dan 3 melalui beberapa tahapan antara lain, 1) guru harus sudah memiliki tema untuk satu tahun; 2) guru melakukan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari kurilulum 2004; 3) membuat hubungan antara kompetensi dasar, indikator dengan tema; 4) membuat jaringan indikator; 5) menyusun silabus tematik dan langkah keenam adalah penyusunan rencana pembelajaran tematik. Langkah-langkah tersebut akan dibahas satu per satu di bawah ini.
a) Pemilihan Tema
Penentuan tema yang akan dikembangkan di kelas 1 2 dan 3 dapat mempertimbangkan kriteria pembuatan tema seperti yang tertulis di depan tadi.
b) Analisis Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
Kegiatan untuk melakukan analisis indikator, kompetensi dasar dan hasil belajar yang sesuai dengan tema dapat diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah. Dengan demikian kegiatan ini tidak perlu dilakukan secara tersendiri, tetapi dapat dilaksanakan bersamaan dengan penentuan jaringan indikator.
c) Hubungan Kompetensi Dasar, Indikator dengan Tema
• Mengidentifikasi semua indikator dan kompetensi dasar dari semua mata pelajaran (Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Seni-Budaya dan Olah Raga Jasmani dan Kesehatan)
• Memasukkan hasil identifikasi ke dalam format (tabel) hubungan indikator dan kompetensi dasar ke dalam tema yang relevan
• Jika ada indikator dan kompetensi dasar yang tidak bisa dimasukkan ke dalam suatu tema, maka indikator dan kompetensi dasar tersebut dibuatkan atau dicarikan tema khusus dan disajikan tersendiri, baik oleh guru kelas maupun oleh guru mata pelajaran (terutama indikator dan kompetensi dasar Agama dan Penjas)
Contoh Model Pembelajaran dengan Teknik Jigsaw di Kelas I ,Tema: Aku dan Keluargaku
Untuk siswa yang masih duduk di kelas I banyak berbicara dengan bahasa gambar, karena bahasa tulis masih dalam taraf belajar memegang pensil dan belajar huruf. Teknik Jigsaw bagi siswa kelas I sekolah dasar bisa juga diterapkan tetapi bukan sebagai ahli informasi dalam pengertian memahami wacana, melainkan informasi tentang bagaimana dapat menceritakan makna gambar yang diperoleh dalam pembelajaran.

Contoh penerapan teknik jigsaw bisa seperti di bawah ini:
1. Siswa dibagi dalam kelompok kecil, sambil belajar angka maka bisa menggunakan teknik menghitung misalnya: jumlah siswa ada 40 anak. Semua anak akan menghitung 1, 2, 3, 4. selesai hitungan 4, kembali ke 1 begitu seterusnya sampai semua anak mempunyai angka nomor berapa. Kalau sudah selesai menghitung semua, beberapa siswa ditanya dia nomor berapa, untuk mengetahui apakah siswa tersebut masih ingat akan angka/nomor dirinya.
2. Semua siswa yang berdekatan dan yang mempunyai angka 1 s.d 4 dikelompokkan menjadi satu kelompok, sehingga dalam satu kelas akan ada 10 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 anggota dalam satu kelompoknya (apabila di dalam kelas tersebut jumlah siswa ada 40 anak)
3. Guru menyajikan beberapa gambar misalnya:
a. Gambar keluarga terdiri dari seorang ayah, ibu dan 2 anak (laki-perempuan)
b. Gambar sebuah ruang tamu dengan seperangkat meja kursi
c. Gambar kakek dan nenek (orang tua dari ayah/ibu) datang
d. Gambar adik/bibi dari ibu membacakan cerita untuk anak-anak

4. Setelah dipastikan semua anak menerima gambar sesuai dengan nomor dirinya masing-masing, selanjutnya semua anak ditugaskan mengamati gambarnya yang diterimanya kemudian memaknai gambarnya.
5. Setelah selesai, memaknai gambarnya yang diterimanya, semua siswa yang memiliki gambar sama berkumpul dalam satu kelompok besar. Untuk mempermudah siswa membentuk kelompok ahli, guru menyiapkan kertas yang berbeda warna sehingga apabila ada siswa yang salah masuk ke kelompok yang tidak sesuai dengan nomor gambarnya akan mudah diketahui.
6. Dalam kelompok ahli (kelompok gambar yang sama) semua siswa diminta saling bercerita sesuai dengan pemaknaan masing-masing, kemudian disepakati kesimpulan dari cerita yang sama.
1. Setelah selesai berdiskusi tentang gambar semua siswa ditugaskan untuk kembali ke kelompok semula (yang beranggotakan 4 anak) dikatakan sebagai kelompok 4 serangkai, karena terdiri dari 4 anggota dalam setiap kelompoknya.
2. Setelah berkumpul kembali ke kelompok awal, semua siswa diminta untuk secara bergantian bercerita tentang hasil diskusi di kelompok ahli tadi. Semua siswa dalam kelompok empat serangkai ini akan mendapat cerita dari tiga temannya. Sehingga setiap siswa dalam satu kelas akan mempunyai 4 jawaban yang kurang lebih sama.
3. Berikutnya guru memanggil satu kelompok secara bergantian untuk maju ke depan kelas menceritakan hasil diskusinya. Kelompok lain bisa memberikan komentar, atau pertanyaan terhadap cerita temannya di depan kelas, sambil membiasakan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya.
4. Guru memberikan klarifikasi apabila ada cerita siswa/kelompok yang tidak sesuai dengan fakta gambar. Dan memberikan penguatan jika jawaban siswa benar. Dan jika salah, maka guru memberikan pelurusan secara arif, tidak menyalahkan, melainkan memberikan rasional yang bijak.
Cara ini hanyalah salah satu dari sekian banyak teknik pembelajaran. Masih banyak teknik lain yang dapat dipergunakan dalam membelajarkan materi yang memadukan materi dari berbagai mata pelajaran yang disatukan dalam sebuah tema.
REFERENSI
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

0 komentar:

Posting Komentar