12/06/10

Model-Model Monitoring dan Evaluasi program

Pada dasarnya, model monitoring dan evaluasi program harus diletakkan dalam konteks program. Dalam hal ini, monitoring dan evaluasi program diposisikan sebagai tools dalam keseluruhan aspek manajemen program. Oleh karena itu, model monitoring dan evaluasi akan lebih baik jika mengacu salah satu model.

Menurut Issac dan Michael (1981) berdasarkan pendekatannya, ada dua model monitoring dan evaluasi program yakni
1. Model monitoring dan evaluasi program menggunakan pendekatan sistem (systems approach) yaitu dengan memperhatikan: (a) masukan (input), (b) proses, dan (c) luaran (output). Model ini diterapkan dengan tujuan untuk sekedar melihat keberhasilan progam. Dengan membandingkan luaran dan masukan akan dapat diketahui perolehan (gain) yang dicapai.

2. Model monitoring dan evaluasi program menggunakan pendekatan tujuan (objectives approach) yaitu dengan memperhatikan: (a) tujuan (objectives), proses/kebermaknaan (mean), dan ukuran keberhasilan (measure). Model ini diterapkan dengan tujuan untuk mengoptimasi program. Dengan melihat pelaksanaan selama proses kemudian dikembalikan lagi pada tujuan yang sudah ditetapkan maka keberhasilan progam dapat dioptimalisasikan.

Model yang lebih kompleks adalah model CIPP (Context, Input, Process, Product). Model ini bertujuan untuk memonitor dan mengevaluasi implementasi program dengan jangkauan yang lebih luas, yakni menyangkut evaluasi conteks, evaluasi input, evaluasi proses, evaluasi produk dalam bentuk output dan dampak. Model ini diterapkan dengan tujuan secara lebih luas, dalam artian dapat untuk mengevaluasi seberapa jauh kebijakan yang diterapkan dapat dicapai dengan baik. Bila ternyata hasilnya tidak optimal maka dengan mengkaji kembali data konteks, input, proses, dan produk maka akan dapat dibuat rekomendasi apakah perlu progam harus dimodifikasi bila akan diterapkan kembali. Dengan demikian, dengan model ini dapat dipakai sebagai model monitoring dan evaluasi program di mana program didudukkan sebagai kebijakan.

Evaluasi konteks merupakan need assessment kebutuhan pengembangan profesional guru di suatu wilayah. Problem apa yang dihadapi guru-guru di wilayah tersebut? Kelemahan apa yang ada pada aspek kurikulum/silabi, pembelajaran, media pembelajaran, aktivitas laboratorium, bahan ajar, asesmen pelajaran, dan lain-lain. Dari hasil evaluasi konteks dapat disimpulkan substansi apa yang perlu menjadi muatan kegiatan Lesson Study MGMP, khususnya aspek-aspek kompetensi apa yang perlu dikembangkan pada diri guru melalui kegiatan Lesson study. Kompetensi pedagogic yang mana dan kompetensi profesional yang mana? Disamping mengembangkan tradisi ”berkooperasi” dikalangan guru mata pelajaran sejenis, LS pun hendaknya berisi intervensi untuk mengubah moda pembelajaran dari ”teacher centered” ke arah ”student centered”, serta dari ”teoritik” ke arah ”hands-on.

Evaluasi input berfokus pada pengumpulan informasi input yang penting seperti profil siswa (kapasitas beljar, tingkat kemampuan dll.), profil guru (latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar, mismatch, sikap terhadap suatu inovasi, budaya kerja sekolah, dll.). dan fasilitas belajar yang tersedia di sekolah. Dari evaluasi input dapat disimpulkan pendekatan pengelolaan apa yang perlu diterapkan dalam LS, model pembelajran apa yang perlu ditumbuh kembangkan, serta hidden agenda apa yang perlu dibawa melalui LS MGMP.

Sasaran ”baseline survey” mestinya diarahkan pada pengumpulan informasi yang diperlukan untuk evaluasi konteks dan input. Oleh karenanya disain dan instrumen baseline survey perlu dirancang dengan merujuk pada kebutuhan pengumpulan informasi secara komprehensif tentang problem lapangan yang berkaitan dengan pembelajaran, keberadaan peralatan pendukung pembelajaran, selain profil input lainnya, seperti kondisi guru dan siswa.

Evaluasi proses (dapat disebut monitoring) berkenaan dengan kajian seberapa jauh pelaksanaan operasional LS di MGMP berjalan secara efektif ke arah pengembangan profesional guru yang diharapkan. Evaluasi proses bersifat sebagai evaluasi formatif, sehingga hasil evaluasi perlu segera diumpanbalikkan kepada pihak-pihak terkait, termasuk manajemen program di wilayah tertentu, untuk ditindaklanjuti.
Evaluasi produk meliputi dua aspek, yakni evaluasi output dan evaluasi dampak (impact). Evaluasi output terarah pada hasil langsung (direct) program, baik perubahan-perubahan pada kinerja mengajar guru maupun kinerja beljar siswa yang teramati pada akhir implementasi program. Evaluasi dampak lebih bersifat monitoring terhadap konsistensi aktivitas LS MGMP pasca project (sustainability).

Oleh karena evaluasi produk terarah pada perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dari program inovasi, maka isu sering muncul adalah ”benchmark´ yang dipakai untuk membandingkan kinerja guru. Penggunaan desain ex-post facto dengan sekolah kontrol mengundang kontroversi karena persoalan disekitar kesetaraan antara guru partisipan dengan guru non-partisipan. Oleh karenanya pembuktian secara ilmiah akan terjadinya perubahan mesti menggunakan kinerja pada pra-program sebagai ”benchmark”. Dengan kata lain, desain perbandingan kinerja guru dan kinerja siswa pasca program terhadap pra-program menjadi prosedur yang perlu diangkat.

Mengingat pentingnya informasi kinerja guru dan kinerja siswa pada keadaan pra-program menjadi penting untuk memberikan bukti empirik bagi keberhasilan program, maka perlu dilakukan tiga hal berikut:
a. Pada fase Perencanaan Program ditetapkan tolok ukur kinerja guru dan kinerja siswa yang akan dipakai untuk mengevaluasi perubahan sebagai output dan outcomes program.
b. Monitoring kinerja guru dan kinerja siswa sebelum program diimplementasikan (pra-program) sebagai pembanding. Data otentik berkenaan dengan kinerja guru dan kinerja siswa belajar perlu tersedia (videotaping). Hendaknya guru dan seolah yang dipih sebagai sampel teridentifikasi secara jelas karena akan dirunut kembali pada fase pasca program. Monitoring ini dapat dijadikan bagin dari baseline survey.
c. Memonitor kinerja guru dan kinerja siswa selama proses pembelajaran pada sampel pasca program untuk menginferensi perubahan-perubahan yang terjadi pada evaluasi output dan dampak.

Tolok ukur yang perlu disepakati stakeholder
a. Tolok ukur keberhasilan program dalam mengubah kinerja guru dan kenerja siswa dan instrumen asesmen inerja mengajar dan kinerja belajar guru untuk mengevaluasi aspek produk dari program.
b. Informasi-informasi yang perlu dikumpulkan pada baseline survey baik untuk penetapan substansi dan fokus program LS MGMP dan instrumen baseline survey.
c. Tolok ukur kemajuan implementasi program serta prosedur dan alat monitoring.

Monitoring dan evaluasi kegiatan MGMP merupakan bagian integral dari program keseluruhan. Merujuk pada profil program yang dipaparkan di atas, program harus mengembangkan mekanisme pemantauan dan evaluasi kegiatan MGMP. Indikator ketercapaian output program ini adalah frekuensi monitoring dan evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan metode dan alat evaluasi yang dikembangkan.

0 komentar:

Posting Komentar